Interkoneksi Antar Negara Jadi Salah Satu Bahasan Keketuaan ASEAN

Wednesday, 5 April 2023 - Dibaca 503 kali

Interkoneksi jaringan tenaga listrik antar Negara Anggota ASEAN diharapkan dapat meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan, mengurangi ketergantungan pada energi fosil, dan menciptakan sistem energi rendah karbon yang berkelanjutan, terjangkau, dan andal. Interkonektivitas juga akan mempercepat transisi energi bersih dan memenuhi komitmen aksi mitigasi perubahan iklim antar negara ASEAN.

Hal tersebut disampaikan oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana pada pembukaan ASEAN Event Series: Preparation to Advance Multilateral Electricity Trading In The Asean ASEAN Power Grid (APG) In Supporting Sustainable Energy Security Through Interconnectivity di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (05/04/2023).

Rida menyampaikan bahwa Interkonektivitas antar negara ASEAN adalah isu krusial, dan Indonesia ingin mengatasinya dalam ASEAN Energy Chairmanship 2023. Antar anggota ASEAN perlu berkolaborasi secara aktif untuk memungkinkan perdagangan energi multilateral di dalam ASEAN.

"ASEAN Power Grid dan Trans ASEAN Gas Pipeline adalah dua inisiatif yang kami lakukan dalam mewujudkan misi tersebut," ujar Rida.

Lebih lanjut Rida menyampaikan bahwa pada tanggal 31 Maret 2023 lalu Kementerian ESDM secara resmi memulai Kick-off Keketuaan Indonesia untuk ASEAN di Sektor Energi dengan fokus pada pencapaian ketahanan energi berkelanjutan melalui interkonektivitas. Ketahanan energi disebutnya merupakan kunci untuk menggerakkan mesin pertumbuhan ekonomi ASEAN.

Sejak berdiri, ASEAN disebut Rida telah berkembang dan menjadi kawasan terdepan untuk pembangunan ekonomi global. Diproyeksikan ekonomi akan terus tumbuh selama lima tahun ke depan dengan rata-rata 5,4%.

"Total PDB gabungan dari sepuluh negara anggota ASEAN pada tahun 2021 sebesar US$3,0 triliun, menjadikan kawasan ini sebagai ekonomi terbesar kelima di dunia dan diharapkan menjadi yang keempat pada tahun 2030," kata Rida.

Seperti diketahui, tema Keketuaan Indonesia di ASEAN tahun ini adalah: "ASEAN Matters, Epicentrum of Growth." Melalui tema ini, diharapkan negara-negara anggota ASEAN dapat memastikan dan mengamankan pertumbuhan ekonomi regional dengan pasokan energi yang berkelanjutan, andal, dan terjangkau.

Sumber daya energi yang beragam dan melimpah di wilayah ini menurut Rida harus dimanfaatkan dan disinergikan untuk memenuhi kebutuhan daerah itu sendiri. Belajar dari dinamika geopolitik global saat ini, ketahanan energi juga berarti tidak bergantung pada impor energi, dan tahan terhadap guncangan yang disebabkan oleh dinamika internal maupun eksternal.

Sejak penandatanganan MOU ASEAN Power Grid (APG) pada awal tahun 2000-an, pemerintah Indonesia memastikan bahwa semua negara anggota ASEAN mendapat manfaat dari jaringan listrik yang saling terkoneksi. Indonesia sendiri menyambut baik perpanjangan MOU APG setelah tahun 2024.

Pada tahun 2022, jaringan listrik multilateral pertama Lao PDR, Thailand, Malaysia, dan Singapura telah terhubung melalui Lao PDR, Thailand, Malaysia, Singapore Power Integration Project (LTMS-PIP). Proyek ini terbukti meningkatkan pemanfaatan sumber Energi Terbarukan dan meningkatkan ketahanan dan stabilitas jaringan listrik di sub-wilayah tersebut.

"Interkoneksi tersebut merupakan tonggak penting bagi integrasi ASEAN. Terima kasih kepada Heads of ASEAN Power Utilities/Authorities (HAPUA), yang memegang peran penting sebagai penghubung penting untuk mencapai hal ini. HAPUA menjadi kunci untuk membuka program unggulan ASEAN, yaitu ASEAN Power Grid (APG)," ujar Rida.

Rida menambahkan, dengan semangat tidak ada yang tertinggal dalam memanfaatkan interkonektivitas, Kementerian ESDM mendorong inisiasi interkoneksi baru di subregion Brunei, Indonesia, Malaysia, dan Filipina (BIMP).

Kementerian ESDM mengharapkan dukungan berkelanjutan dari negara-negara BIMP dan HAPUA dalam mengimplementasikan Perjanjian Antar Pemerintah baru tentang Perdagangan Listrik Multilateral di kawasan BIMP.

"Kami berharap dapat tercapai konsensus di antara negara anggota ASEAN tentang Deklarasi Bersama Ketahanan Energi Berkelanjutan Melalui Interkonektivitas sebagai sorotan kami dalam keketuaan ini," ujar Rida.

Dalam kesempatan yang sama, Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Wanhar mengatakan, pihaknya merekomendasikan replikasi LTMS-PIP di proyek interkoneksi subregional ASEAN lainnya. APG diharapkan dapat meningkatkan perdagangan listrik lintas batas, meningkatkan akses ke layanan energi, menjaga keamanan energi, dan juga meningkatkan pemanfaatan energi terbarukan ASEAN di kawasan.

Wanhar juga menambahkan peran PLN selaku otoritas serta swasta sangat penting untuk membuka potensi kolaborasi interkoneksi jaringan di kawasan.

"Beberapa tantangan untuk membangun ASEAN Power Grid termasuk hambatan teknis dan keuangan, hanya dapat diatasi dengan kolaborasi antar negara ASEAN, power utilities/authorities, ACE, dengan dukungan dari organisasi internasional terkait seperti ERIA, serta lembaga keuangan," kata Wanhar.

Rida mengapresiasi ERIA yang telah ikut menyelenggarakan kegiatan ini dan dukungan selama kepemimpinan Indonesia untuk memperkuat kerja sama energi di ASEAN.

"Saya juga ingin berterima kasih kepada ASEC, ACE, ERIA dan semua pemangku kepentingan yang telah menunjukkan kontribusi yang konstruktif dan berarti dalam mendukung kepemimpinan kami," ujarnya.

Kegiatan ini akan menjadi titik awal pelaksanaan Priority Economic Deliverables (PED) dan Annual Priorities (AP) Keketuaan ASEAN 2023. (AT)