Kerjasama Proses Transisi Energi, Indonesia Teken MoU dengan Singapura

Monday, 7 February 2022 - Dibaca 954 kali

Dalam rangka mendukung proses transisi energi, Pemerintah melakukan kerja sama dengan negara lain untuk saling membantu proses transisi, salah satunya dengan Singapura. Beberapa waktu lalu Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif dan Menteri Kedua Perdagangan dan Industri Singapura Tan See Leng menandatangani Nota Kesepahamaan (Memorandum of Understanding/MOU) di bidang kerja sama energi. Hal tersebut disampaikan oleh Direktur Pembinaan Pengusahaan Ketenagalistrikan Ida Nuryatin Finahari dalam acara Energy Corner Squawk Box "Indonesia Ekspor Listrik ke Singapura" yang diselenggarakan oleh CNBC TV di Jakarta, Senin, (07/02/2022).

"MoU ini untuk menaungi Working Group pembahasan ekspor listrik lintas negara, di mana akan dibahas mengenai regulasi dan aturan teknis untuk ekspor. Selain itu juga dalam MoU juga tertuang mengenai penelitian dan pengembangan mengenai Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (EBTKE)," ungkap Ida.

Interkoneksi listrik antara Indonesia dan Singapura, disebut Ida didasari atas permintaan Singapura yang membutuhkan pasokan tenaga listrik dari sumber energi baru dan terbarukan. Indonesia memiliki posisi strategis baik secara geografis dan juga memiliki potensi EBT yang besar. Namun demikian, keputusan untuk melakukan ekspor listrik ke Singapura harus berdasarkan seberapa banyak benefit yang bisa diperoleh Indonesia apabila dibandingkan dengan kebutuhan biaya investasi, dan pemanfaatan sumber daya EBT yang sebagian akan digunakan untuk keperluan ekspor listrik.

"Hal-hal yang perlu mendapat pertimbangan dan kajian cost and benefit analysis dengan mempertimbangkan manfaat bagi negara, bagi korporasi yang terlibat dalam kegiatan ekspor listrik, dan bagi masyarakat Indonesia, khususnya yang berlokasi di kepulauan Riau," ujar ida.

Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional Djoko Siswanto menyatakan bahwa saat ini Indonesia memiliki kerja sama antar negara-negara ASEAN, di antaranya adalah kerja sama untuk membangun jaringan pipa gas dari Batam dan Natuna ke Singapura.

"Dan juga ada program namanya kerja sama ASEAN Power Grid, yaitu membangun jaringan listrik antarnegara ASEAN untuk ketahanan energi di negara-negara ASEAN. Jadi kita saling mengisi apabila kita terjadi kekurangan," ujar Djoko.

Interkoneksi listrik Indonesia dan Singapura berupa grid tenaga listrik lintas negara, disebut Ida terdiri atas saluran transmisi kabel bawah laut dan gardu induk pendukungnya. Dalam hal interkoneksi point-to-point, maka dapat mempergunakan teknologi arus bolak-balik AC, sehingga hanya diperlukan trafo perubah tegangan baik di sisi Indonesia dan di sisi Singapura. Kemudian dalam hal interkoneksi grid-to-grid, maka diperlukan teknologi arus searah DC. Untuk itu diperlukan investasi peralatan konverter dan inverter yang lebih besar, untuk memasang gardu induk konversi yang berlokasi di posisi landing station di gardu induk Singapura.

"Kepemilikan interkoneksi lintas negara perlu dikelola bersama antara Indonesia dan Singapura, melibatkan power utility company seperti PT PLN (Persero) atau PLN Batam dengan Singapore Power. Perlu dilakukan joint-investment antara pihak Singapura dan Indonesia," tutup Ida. (U)