Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon Disiapkan Regulasinya

Tuesday, 18 January 2022 - Dibaca 700 kali

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan merilis Capaian Kinerja Tahun 2021 dan Program Kerja Tahun 2022 subsektor ketenagalistrikan. Capaian Kinerja Ditjen Ketenagalistrikan terdapat lima belas indikator kerja, termasuk di dalamnya penyusunan regulasi terkait Penyelenggaran Nilai Ekonomi Karbon (NEK) Pembangkitan Tenaga Listrik.

"Sesuai dengan Perpres yg ada, pemerintah berencana mulai menerapkannya per tanggal 1 April 2022. Penerapan NEK juga sudah kita lakukan melalui pilot project tahun lalu, akan kita tingkatkan ke tahap implementasi. Sudah disepakati akan menerapkan skema cap trade and tax," tutur Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Rida Mulyana pada Konferensi Pers Capaian Kinerja Tahun 2021 dan Program Kerja Tahun 2022 subsektor ketenagalistrikan virtual, Selasa (18/1/2022).

Rida mengungkapkan PLTU dengan kapasitas kurang dari 100 MW masih belum dapat menerapkan cap, trade and tax dikarenakan PLTU dengan kapasitas di bawah 100 MW masih menjadi backbone sistem kelistrikan di luar pulau Jawa dan Sumatera terutama di daerah 3T dan Emisi CO2 yang dihasilkan sebesar 13,2 juta CO2 (6,3% dari total emisi pembangkit listrik nasional).

Rida juga memaparkan progress rencana penerapan carbon credit (cap-trade-tax) yakni Penyelenggaraan Nilai Ekonomi Karbon (NEK) Pembangkitan Tenaga Listrik yang terdiri dari penerapan batas atas emisi GRK (BAE) melalui persetujuan teknis (PT-BAE), usulan mekanisme dengan Surat Persetujuan Teknis Emisi (PTU) pada PLTU batubara dan dengan trading, Pelaporan Emisi GRK serta penguatan kerangka transparansi yang akan bekerjasama dengan kementerian terkait seperti KLHK dan Kemenperin.

Rida menyatakan kondisi pasokan batu bara untuk pembangkit listrik tanah air telah melewati masa kritis dan hingga akhir Januari 2022 stok batu bara untuk pembangkit listrik nasional sudah di atas 20 hari operasi (HOP). Oleh karena itu, masyarakat dinilai tidak perlu khawatir akan adanya ancaman pemadaman listrik bergilir.

Realisasi Kinerja 2021

Dalam kesempatan tersebut Rida menyampaikan beberapa kinerja subsektor ketenagalistrikan tahun 2021 diantaranya penambahan pembangkit listrik mencapai 1.901,74 Megawatt (MW), transmisi listrik tercatat bertambah 3.820,61 kilometer sirkuit (kms), kemudian penambahan gardu induk dilakukan sebesar 7.731 Mega Volt Ampere (MVA). Sedangkan jaringan distribusi bertambah 14.480,1 kms, dan penambahan gardu distribusi mencapai 2.775,42 MVA.

Rasio elektrifikasi tercatat mencapai 99,20 persen. Jumlah rumah tangga yang berlistrik telah meningkat 14,85% dalam enam tahun terakhir. Tahun ini, Kementerian ESDM menargetkan rasio elektrifikasi mencapai 100%.

"Kami sampaikan pula untuk Rasio Elektrifikasi, pada triwulan IV tahun 2021 telah mencapai 99,45%. Kita harapkan di tahun ini Rasio Elektrifikasi dapat mencapai 100%," ungkap Rida

Pemerintah juga tengah berfokus pada pengembangan infrastruktur Kendaraan Bermotor Listrik Berbasis Baterai (KBLBB). Hingga akhir tahun 2021 jumlah Charging Station telah mencapai 267 unit di 224 lokasi pada area seperti di SPBU dan SPBG, perkantoran, perhotelan, pusat perbelanjaan dan area parkir.

Dalam kesempatan yang sama, Rida juga menyampaikan System Average Interruption Duration Index (SAIDI) atau lama listrik terganggu atau padam per pelanggan dalam satu tahun tercatat 10 jam/pelanggan/tahun di bawah target 15 jam/pelanggan/tahun dan capaian untuk tahun ini adalah 6 kali pelanggan/tahun atau mencapai 140% dari target. Sedangkan System Average Interruption Frequency Index (SAIFI) Nasional atau berapa kali listrik terganggu atau padam per pelanggan dalam satu tahun hanya 8 kali/pelanggan/tahun dan capaian untuk tahun ini adalah 4 kali pelanggan/tahun atau mencapai 150% dari target.

"Ada perbaikan di tingkat PLN, dan adanya peningkatan capaian kerja yang diatas 100%, untuk SAIDI sebesar 140 persen, dan SAIFI sebesar 150%," ujar Rida.

Rida menjelaskan terkait jumlah pelanggan listrik, target 2021 terjadi penambahan sebanyak 79,187 ribu pelanggan. Untuk realisasi 2021 terjadi penambahan sebanyak 81.530 ribu pelanggan atau sekitar 103%.

Ia juga menjelaskan untuk konsumsi listrik per kapita, terjadi peningkatan konsumsi listrik perkapitanya sebesar 1.123 kWh atau 93,3% dari target 2021 yang sebesar 1.203 kWh/ Kapita.

Investasi subsektor ketenagalistrikan tercatat sebesar USD6,75 miliar atau 68,1% dari target USD 9,91 miliar.Terkait realisasi untuk Penurunan emisi CO2 Pembangkit di tahun 2021 status data prognosis triwulan IV 2021 mencapai 10,37 juta ton atau sekitar 210,8% dari target 2021 yang sebesar 4,93 juta ton. Sedangkan untuk prosentase Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) mencapai 34 % dibanding dengan tahun 2020 sebesar 35,01%.

"Untuk investasi dan TKDN semua masih menunjukan capaian yang dibawah target, hal ini disebabkanpandemi yang masih berdampak, meskipun tahun ke tahun kita growth, selalu ada penambahan," tegas Rida.

Susut jaringan tenaga listrik tahun lalu hanya 8,39%, lebih rendah dari target sebesar 9,2%. Sementara untuk penurunan emisi CO2 pembangkit mencapai 8,78 juta ton atau hampir 2 kali lipat dari target 4,71 juta ton (186%).

"Untuk susut ada perbaikan sedikit, kita upayakan untuk ditekan terus, besaran susut akan mempengaruhi BPP, bila BPP berpengaruh subsidi dan kompensasi tenaga listrik juga berpengaruh," jelas Rida

"Dari hari ke hari much getting better dan dengan sendirinya ancaman ke mati lampu atau pemadaman bergilir bisa dikatakan tidak perlu khawatir lagi,"tutup Rida. (AT)