Transformasi Energi, Indonesia Belajar dari Kisah Sukses Hawaii

Wednesday, 2 February 2022 - Dibaca 1284 kali

Dalam upaya mencapai target green energy sesuai Paris Agreement, pemerintah terus mendorong transformasi energi di Indonesia dari energi fosil ke energi baru terbarukan (EBT). Salah satu upaya nya adalah dengan belajar dari pengalaman negara lain dalam proses transmisi energi. Kali ini, Indonesia belajar dari Hawaii yang telah sukses transformasi energi dari fosil ke EBT.

Koordinator Kerjasama Ketenagalistrikan Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan Senda Hurmuzan Kanam menyampaikan hal tersebut dalam acara Webinar Energy Transition in the Electricity Sector in Hawaii yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Ketenagalistrikan bersama United States Agency for International Development (USAID) dan The Hawai'i Natural Energy Institute (HNEI) secara online di Jakarta, (2/2/2022).

"Degan diselenggarakan webinar ini, kita bisa belajar dari kisah sukses Hawaii dalam transformasi energi. Indonesia dan Hawaii memiliki kesamaan geografis yaitu banyak pulau yang tersebar dan isolated grids," ungkap Senda mewakili Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan.

Pencapaian Hawaii terhadap transformasi energi menjadi EBT dengan memanfaatkan energi angin dan matahari disebut Senda, tidak lepas dari dampak biaya Variabel renewable Energy (VRE) yang terjangkau dan kompetitif. Hal ini bisa menjadi pendekatan yang relevan untuk diterapkan sebagai program dedieselisasi di wilayah tertentu yang tetap memanfaatkan BBM seperti Maluku, Nusa Tenggara Timur (NTT), atau wilayah lain yang masih menggunakan gas seperti Batam.

Penerapan konsep transformasi dari energi fosil ke EBT tidak hanya meningkatkan bauran energi terbarukan tetapi juga diharapkan dapat mengurangi biaya pokok penyediaan (BPP). Namun, penetrasi VRE yang besar seperti sistem di Hawaii yang mencapai 30%, akan dihadapkan tantangan baru terhadap keandalan sistem.

"Jadi, kita harus mempelajari penyusunan regulasi terapan, standar dan grid code sehingga kita tidak akan mengganggu keandalan sistem yang ada. Sistem Sulawesi telah mencapai 10%, namun masih perlu pelajaran dari Hawaii untuk meningkatkan lebih banyak VRE terutama dari aspek teknis dan sistem pendukung," ungkap Senda.

Dalam kesempatan yang sama, Chief of Party, USAID Sustainable Energy for Indonesia Andre Larocque menyatakan bahwa USAID siap mendukung program pemerintah Indonesia dalam transisi energi.

"Kami sangat berdedikasi untuk mendukung pemerintah Indonesia," ungkap Andre.

Webinar yang diselenggarakan selama tiga hari pada 2-4 Februari 2022 ini membantu memperkuat kolaborasi antara Indonesia dan Amerika Serikat dan akan menciptakan peluang untuk mengembangkan kemitraan baru di sektor energi.

"Saya ingin menyampaikan apresiasi kepada USAID dan HNEI atas kerjasamanya dalam menyelenggarakan webinar ini, dan untuk dukungan berkelanjutan kepada Indonesia dalam beberapa kesempatan, terutama pada implementasi energi berkelanjutan di Indonesia," tutup Senda. (U)