Pengembangan Mobil Listrik Butuh Dukungan Semua Elemen Bangsa

Friday, 11 August 2017 - Dibaca 1880 kali

JAKARTA - Mobil listrik adalah teknologi masa kini yang memiliki kelebihan utama tidak menghasilkan emisi kendaraan bermotor karena tidak membutuhkan bahan bakar fosil sebagai penggerak utamanya. Pengembangan teknologi mobil listrik memerlukan komitmen baik dari Pemerintah, pengusaha, stakeholder termasuk masyarakat pengguna dalam mempersiapkan seluruh faktor pendukung seperti infrastruktur, perpajakan dan juga penyadaran kepada masyarakat.

Hal ini mengemuka dalam acara Energi Sharing Session, Selasa (8/8) yang mengangkat tema "Energy Sharing session: Teknologi, Best Practice, dan Strategi E-Mobility di Indonesia". Diskusi yang diinisiasi oleh Direktorat Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi (Ditjen EBTKE), Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) tersebut turut mengundang Tami Notohutomo, Product Planning Manager dari BMW Group Indonesia.

Direktur Konservasi Energi, Ida Finahari mengungkapkan dengan mempertimbangkan kondisi energi nasional dan komitmen Indonesia pada Paris Agreement, kelebihan penggunaan mobil listrik menjadi sangat menarik. "Saya menyambut baik acara ini sebagai sarana untuk mengenalkan teknologi mobil listrik dan strategi implementasinya di Indonesia", ujar Ida dalam sambutannya.

Sementara Tami dalam paparannya menjelaskan mobil listrik atau lebih dikenal dengan electro mobility (e-mobility) yang memiliki 3 variasi, yakni kendaraan hybrid, plug-in hybrid serta electric vehicle (EV). Ketiga jenis kendaraan ini diyakini lebih efisien dan rendah emisi CO2 dibandingkan kendaraan konvensional yang memakai Bahan Bakar Minyak (BBM).

Pengembangan teknologi mobil listrik menurut Tami, memerlukan 5 hal utama yakni dukungan pemerintah dan infrastruktur lokal, infrastruktur listrik yang stabil, jarak tempuh kendaraan yang memadai, adanya permintaan atau kesadaran dari konsumen akan mobil listrik serta teknologi yang menyesuaikan dengan budaya dan kebiasaan lokal. "Area yang cocok untuk mengembangkan e-mobility mungkin di Jabodetabek seperti Serpong dan Bali", ungkap Tami.

Lebih lanjut Tami memaparkan kunci keberhasilan penerapan mobil listrik di Asia dan Negara maju lainnya antara lain pemberian insentif berupa pengurangan pajak bagi e-mobility dan pemiliknya serta lokasi parkir dan pengisian batere gratis. "Key players-nya disini dari Pemerintah, antara Kementerian ESDM, Kementerian Perindustrian, Kementerian LHK, Kementerian Perhubungan, Kementerian Keuangan dan juga BUMN seperti PLN. Kami akan mendukung dan selalu terbuka untuk berdiskusi", lanjut Tami.

Ditjen EBTKE melalui Lintas EBTKE ke depan akan terus melakukan sosialisasi serupa untuk mengenalkan lebih dekat pengembangan energi baru terbarukan dan penerapan efisiensi energi pada para pemangku kepentingan. "Kami berharap diskusi ini dapat memberikan gambaran komprehensif mengenai bagaimana teknologi mobil listrik yang sesungguhnya, prinsip kerja, serta strategi implementasinya apabila diterapkan di Indonesia", pungkas Ida. (SA)

Share This!