Wamen ESDM: Teknologi Ini Sangat Tepat Guna Apabila Diterapkan Di Daerah Yang Belum Memiliki Jaringan Gas

Friday, 21 April 2017 - Dibaca 1018 kali

JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral melalui Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara kembali membuat inovasi ramah lingkungan dan bermanfaat khususnya bagi Usaha Kecil Menengah (UKM). Teknologi yang dikembangkan Perekayasa Yenny Sofaeti diperkirakan mampu menghemat 60 persen biaya energi dengan alat pembuat gas batubara bersih ini dinamakan Teknologi Gasifikasi Mini Batubara Skala UKM (GasMin).

"Teknologi ini sangat tepat guna apabila diterapkan di daerah yang belum memiliki infrastruktur berupa jaringan pipa untuk penyaluran gas dan sangat cocok untuk usaha kecil menengah", terang Wakil Menteri ESDM, Archandra Tahar saat menghadiri Wawancara Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik (KIPP) 2017 yang diselenggarakan Kementerian Pemberdayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi, Jumat (21/4).

Hasil pengembangan tersebut telah diimplementasikan di UKM percontohan di Daerah Istimewa Yogyakarta, yakni tiga unit di industri peleburan aluminium, satu unit industri makanan (tahu), satu unit industri obat dan bahan kimia (minyak atsiri) dan satu unit di industri batik (Batik Pandawa). Dari ke enam industri tersebut, lima IKM/UKM kecuali minyak atsiri, telah menggunakan GasMin sebagai bagian dari alat operasional produksi.

"Gasmin telah di uji cobakan di Daerah Istimewa Yogyakarta yakni di industri tahu, industri obat dan industri batik" terang Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan ESDM, F.X. Sutijastoto.

Teknologi gasifikasi batubara skala UKM adalah sebuah reaktor gasifier tipe up draft dengan diameter 25cm tinggi 60cm dengan kapasitas 2-5 kg/jam batubara. Produk yang dihasilkan berupa bahan bakar gas (CO, H2,dan CH4) yang dialirkan melalui pipanisasi ke dapur/burner UKM. Reaktor ini mengubah batubara menjadi bahan bakar gas, melalui proses gasifikasi dengan pereaksi udara terbatas dan uap air.

"Reaktor ini mengubah batubara menjadi bahan bakar gas dan mampu menghemat biaya energi masing-masing sebesar 45% (solar) pada peleburan aluminium, 70% biaya energi (serbuk kayu) di industri tahu dan 50-60% di UKM batik" jelas Yenny Sofaeti saat memaparkan hasil penelitiannya dihadapan juri.

Sistem ini awalnya diujicobakan Puslitbang Tekmira untuk memanggang daun tembakau di dalam oven pada.industri pengeringan tembakau di Nusa Tenggara Barat pada tahun 2011. Penelitian dan pengembangan GasMin didasari hasil penelitian sebelumnya mengenai teknologi tungku briket batu bara bagi UKM. Secara teknis penggunaan bahan bakar melalui proses gasifikasi lebih efisien, sebab tak banyak panas yang terbuang dibandingkan dengan pembakaran menggunakan bahan bakar padat seperti kayu, biomas, dan briket batu atau batubara. Penghematan biaya energi yang cukup besar serta emisi yang rendah maka peluang GasMin cukup menarik untuk dikembangkan dalam produksi massal. (RD)

Share This!