Badan Geologi: Mitigasi Bencana Minimalisir Jatuhnya Korban Jiwa dan Harta

Thursday, 25 February 2021 - Dibaca 805 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL

SIARAN PERS

NOMOR: 070.Pers/04/SJI/2021

Tanggal: 25 Februari 2021

Badan Geologi: Mitigasi Bencana Minimalisir Jatuhnya Korban Jiwa dan Harta

Berlokasi diantara tiga lempeng aktif dunia (Lempeng Indo-Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik) menempatkan Indonesia menjadi salah satu negera dengan resiko bencana geologi yang besar. Dengan resiko yang besar, sudah seharusnya kita memahami mitigasi bencana agar korban jiwa dan materi dapat diminimalisir.

Berdasarkan catatan Pusat Vulkanlogi Dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian Energi Dan sumber Daya Mineral (ESDM), 12 hingga 15 persen gempa terjadi di Indonesia, sisanya tersebar di seluruh dunia dengan 6 - 12 persen kejadian gempa bumi merusak setiap tahunnya.

"Lebih dari 900 kejadian gerakan tanah dalam satu tahun terjadi di Indonesia. Sering kali terjadi bencana gerakan tanah di Indonesia yang sebagian besar terjadi di musim hujan. Sekitar 12 sampai 15 persen gempa bumi dunia terjadi di Indonesia dan 6-12 persen kejadian gempa bumi merusak setiap tahunnya," ujar Koordinator Kelompok Mitigasi Gunungapi, PVMBG, Badan Geologi, Kristianto dalam acara Webinar Iprahumas Kementerian ESDM, Kamis (25/2).

"Bencana geologi sering terjadi di Indonesia karena karena posisi kita yang berada diantara tiga lempeng dunia. Pergerakan lempeng Australia, lempeng Eurasia, dan lempeng Pasifik, pergerakan daripada lempeng-lempeng inilah yang sebenarnya menyebabkan sangat dinamisnya proses geologi di Indonesia termasuk bencana geologi di Indonesia," lanjutnya.

Potensi bencana itu perlu disertai dengan mitigasi bencana yang optimal, tujuannya agar saat bencana terjadi masyarakat sudah memahami apa yang perlu dilakukan sehingga dapat meminimalisir jatuhnya korban jiwa dan harta.

Dalam melaksanakan mitigasi bencana geologi, Kementerian ESDM melalui Badan Geologi melakukan tiga startegi, pertama adalah melakukan penelitian atau kajian terhadap aspek-aspek yang menjadi bencana geologi, baik itu gunung api, gempa bumi, longsor dan tsunami.

Strategi yang kedua adalah melakukan pemetaan yang diharapkan akan mengeluarkan Peta Kawasan Rawan Bencana (KRB) Gunung Api, Gempa Bumi, Tsunami, dan Gerakan Tanah. Dan strategi yang ketiga adalah melakukan sosialisasi.

Pemerintah pusat bersama pemerintah daerah bertanggungjawab dalam penanggulangan bencana guna memberikan perlindungan kepada masyarakat. Penanganan bencana juga memerlukan komunikasi yang efektif dari berbagai unsur baik pemerintah, akademisi, media massa, dunia usaha dan komunitas. Yang tidak kalah pentingnya, sangat diperlukan penyederhanaan bahasa geologi dan peta agar mudah dipahami oleh stakeholder dan masyarakat.

"Kolaborasi beberapa sektor tersebut sangat menentukan keberhasilan penanggulangan bencana di Indonesia," pungkas Kristianto. (SF)

Share This!