Program LHE Habis Hemat, Terbitlah Terang

Saturday, 12 January 2008 - Dibaca 6529 kali

Sasaran program ini adalah menggantikan lampu pijar 40 watt atau lebih besar yang saat ini masih digunakan masyarakat. Penggantinya adalah LHE 8 watt dengan sinar putih dengan jam nyala minimal 5000 jam. Setiap rumah tangga mendapatkan tiga buah LHE secara gratis dari PLN.

'Program LHE ini berdasarkan analisa benifit cost factor mencapai 200 persen. Sehingga sangat feasible dilaksanakan,' ujar Syaiful B Ibrahim, Ahli Ekonomi Energi PLN. Keuntungan berupa penghematan bukan hanya dirasakan konsumen, namun juga PLN bahkan juga pemerintah.

Keuntungan dalam bentuk penghematan bersih program ini bagi PLN, menurut Syaiful, mencapai Rp 1,9 triliun per tahun. Uraiannya, penggantian lampu pijar dengan LHE akan menghemat 2,4 juta MWh per tahun. Angka ini setara dengan daya listrik sebesar sekitar 1500 MW.

Berdasarkan asumsi bahwa untuk menghasilkan setiap kWh dibutuhkan 0,3 liter BBM,maka penghematan listrik 2,4 juta MWh itu setara dengan penghematan 811,38 juta liter BBM per tahun. Volume BBM sebesar inilah yang bisa dihemat setiap tahun. Sedang nilainya sebesar Rp 2,8 triliun per tahun.

Untuk pengadaan 51 juta LHE, dibutuhkan biaya sebesar Rp 920,8 miliar. Jika angka ini dikurangkan terhadap biaya penghematan pemakaian BBM sebesar Rp 2,8 trliun tadi maka diperolehlah penghematan bersih program LHE sebesar Rp 1,9 triliun. 'Jelas ini penghematan yang tidak kecil bagi PLN,' ujar Syaiful B Ibrahim.

Selain keuntungan berupa penghematan, program LHE juga mendatangkan klaim CDM (Clean Development Mechanism). 'Sebab, pada program ini akan dihasilkan CO2 reduction,' ujar Syaiful B Ibrahim. Setiap 1 kWh yang dihemat dihindari 0,9 kilo CO2. Sedang setiap ton CO2 yang direduksi mendapat klaim 15 Euro.

Klaim CDM sekaligus juga menjadi cara efektif untuk menjalankan program ini sesuai sasaran. Sebab, pada proses klaim CDM, senantiasa dilakukan asessment maupun pemantauan secara ketat. Selain itu monitoring program ini diharapkan juga melibatkan media masa serta masyarakat luas.

'Sedang untuk memastikan bahwa pelanggan menerima secara gratis, maka pada kemasan LHE akan ditulis GRATIS,' papar Syaiful B Ibrahim. Sedang kualitas LHE juga harus dijamin dengan benar, karena semua ini menjadi faktor penting untuk mewujudkan sasaran maupun target penghematan pada progran LHE.

Syaiful juga mengungkapkan sasaran atau target program LHE adalah konsumen rumah tangga golongan ekonomi lemah atau kaum dhuafa. Terutama di perdesaan serta daerah yang selama ini pasokan listriknya dalam kondisi krisis.

'Rumah tangga golongan ini berdasarkan survei masih banyak yang menggunakan lampu pijar yang perlu diganti dengan LHE,' ujar Benny Marbun. Guna memastikan bahwa LHE dimanfaatkan maka, lampu pijar dari konsumen langsung dihancurkan setelah diganti dengan LHE.

Adapun jatah pembagian tiga buah LHE dengan pertimbangan kebiasaan masyarakat menyalakan lampu lebih dari 6 jam pada tiga lokasi di lingkungan rumah atau kediamannya. Masing-masing adalah lampu pada teras depan, ruang tamu dan teras belakang.

Program LHE yang pada dasarnya merupakan penugasan pemerintah ini, menurut Direktur Niaga dan Pelayanan Pelanggan PLN, Sunggu Anwar Aritonang, memiliki multiplier effect (efek berganda) bagi perekonomian Indonesia. Tak hanya keuntungan ekonomi, program ini bisa membuka lapangan kerja.

'Kebutuhan 51 juta lampu hemat energi merupakan pasar yang besar. Ini akan ikut mendorong pengembangan industri lampu hemat energi di tanah air,' ujar Sunggu Anwar Aritonang. Apalagi, 51 juta LHE itu baru separuh atau 50 persen kebutuhan. Sebab, sebenarnya kebutuhan program ini mencapai sekitar 100 juta LHE.

Semestinya program ini juga menjadi incaran kalangan produsen LHE. Sebab, kebutuhan sebesar 100 juta merupakan pasar yang menggiurkan. Masalahnya, apakah produsen di dalam negeri bisa memenuhi permintaan ini? Bukan hanya dari sisi kuantitas namun sekaligus juga kualitas?

'Kapasitas terpasang industri lampu hemat energi saat ini sebesar 90 juta per tahun,' ujar Abdul Wahid, Direktur Industri Elektronika, Departemen Perindustrian. Sedang mengenai standarisasi, setelah dilakukan empat kali saat ini praktis tinggal menunggu stempel dari Badan Standarisasi Nasional (BSN).

Melalui jasa PT Sucofindo, saat ini sudah ada 11 perusahaan yang telah mengikuti verifikasi pengadaan program LHE. Langkah ini sebagai bagian dari proses tender atau lelang 51 juta buah LHE yang saat ini kebutuhan dananya sudah dianggarkan PLN.

Melihat azas manfaat yang dihasilkan, menurut Sunggu Anwar Aritonang, pasar atau kebutuhan LHE masih akan terus berkembang. 'Jika konsumen merasakan manfaat penghematan, maka kebutuhan atau pasar LHE akan terus bertambah,' ujar Sunggu Anwar Aritonang. Meski pembagian gratis hanya sekali saja dilakukan.

Program LHE tampak sederhana. Mengganti lampu pijar dengan lampu hemat energy bersinar putih. Meski menggunakan energi listrik jauh lebih rendah, namun cahaya terang yang dihasilkan LHE tidaklah kalah dengan lampu pijar. Jika ditotal akan menjadi angka penghematan yang tidak kecil.

Penghematan mungkin masih belum menjadi kebiasaan masyarakat. Terutama terkait dengan konsumsi energi. Ditengah harga minyak yang semakin meninggi serta biaya produksi listrik semakin mahal, upaya penghematan tak bisa ditunda lagi. Toh, cahaya terang yang dihasilkan tidak berkurang.

Share This!