Seperti Negara Lain, Porsi Batubara Akan Diganti Energi Terbarukan Bertahap

Wednesday, 27 March 2019 - Dibaca 5215 kali

KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS

NOMOR: 254.Pers/04/SJI/2019

Tanggal: 27 Maret 2019

Seperti Negara Lain, Porsi Batubara Akan Diganti Energi Terbarukan Bertahap

Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk menggunakan sumber-sumber energi terbarukan yang lebih ramah lingkungan. Komitmen tersebut tertuang dalam Rencana Umum Energi Nasional (RUEN) yang menyatakan tahun 2025 mendatang bauran energi nasional pemanfaatan sumber energi berbasis energi baru terbarukan mencapai 23%. Proses pengalihan pemanfaatan sumber energi berbasis fosil ke energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia menurut Wakil Menteri Energi Dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arcandra Tahar memerlukan waktu, seperti yang juga terjadi di negara-negara Eropa dan Tiongkok (China). Pada waktunya sumber-sumber energi berbasis fosil akan tergantikan oleh sumber energi terbarukan.

"Produksi batubara nasional kita sekitar 480 juta ton, 20-25% di antara untuk kebutuhan domestik, yang sebagian besar digunakan sebagai bahan bakar pembangkit listrik tenaga uap (PLTU). Lebih dari 50% pembangkit kita saat ini masih menggunakan batubara, tahun 2025 nanti inshaa Allah 23% sumber energi kita berasal dari energi terbarukan, sisanya gas dan BBM," ujar Arcandra saat memberikan kuliah umum di Universitas Riau, Selasa (26/3).

Memanfaatkan sumber energi terbarukan sudah merupakan sebuah keharusan, bukan lagi sebuah pilihan. "Kita tidak mempunyai kebebasan untuk memilih. We don't have any freedom untuk mengatakan kita mempunyai sumber energi lain. Ini bukan nice to have lagi, tapi need to have. Renewable energy itu need to have, karena resources itu makin lama makin habis," tambah Arcandra.

Arcandra menjelaskan mengapa saat ini Pemerintah Indonesia masih menggunakan batubara sebagai sumber energi. Pengalihan sumber energi dari batubara menjadi EBT akan dilakukan secara bertahap seperti yang dilakukan negara-negara Eropa dan Tiongkok, mereka mengalihkan sumber energinya setelah ekonomi mereka berjalan.

"Negara Eropa maju, memulai revolusi industrinya dengan menggunakan batubara sebagai sumber bahan bakarnya, setelah ekonominya jalan itulah jalan menurun, sedikit demi sedikit mereka mulai meninggalkan batubara.Mereka meninggalkan batubara setelah engine of economic mereka berjalan. Demikian pula dengan China, pada awal-awal mereka tumbuh banyak beroperasi PLTU-PLTU batubara sebagai sumber energi listrik mereka untuk menghidupkan industrinya, sehingga saat itu Beijing memiliki tingkat polusi udara yang tinggi, namun sekarang setelah engine of economic mereka jalan, mereka mulai meggunakan renewable energy," ungkap Arcandra.

Saat ini Indonesia masih memerlukan batubara sebagai sumber energi yang murah, selain agar harga listriknya terjangkau masyarakat juga untuk menggerakkan perekonomian agar produk-produk yang dihasilkan dapat berkompetisi di pasar dunia. Namun tahap berikutnya, energi terbarukan akan didorong sehingga tahun 2025 porsi 23% akan tercapai. Saat ini masa transisi.

"Kita saat ini masih membutuhkan sumber energi yang murah untuk menggerakkan ekonomi kita, sampai pada waktunya kita akan turunkan porsinya untuk digantikan dengan sumber energi yang terbarukan. Kita masih memerlukan sumber energi yang murah agar produk-produk yang kita hasilkan dapat berlompetisi dengan produk dari negara lain. Kalau sumber energinya mahal akan susah berkompetisi dengan negara lain untuk kebutuhan ekspor kita," pungkas Arcandra. (SF)

Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi Publik, dan Kerja Sama

Agung Pribadi (08112213555)

Share This!