Ziarah Makam Lasut, Mengenang dan Meneruskan Asa Sang Pahlawan

Saturday, 22 September 2018 - Dibaca 2323 kali

"Gugur sebagai bunga bangsa di Desa Pakem, Yogyakarta, dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia serta menyelamatkan dokumen-dokumen geologi dan pertambangan negara pada masa revolusi."Rangkaian kata tersebut tertera dalam lembaran usang yang ditandatangani tahun 1985 oleh J.A. Katili, Direktur Jenderal Geologi dan Sumber Daya Mineral kala itu.

Dokumen usang itu kembali dikenang dalam khikmat upacara di depan pusara Lasut, sang pahlawan bangsa. Suara pilu genderang upacara mengiringi rangkaian ziarah tabur bunga siang ini, Sabtu (22/9) di Taman Pemakaman Umum (TPU) Sasanalaya Yogyakarta.

Memimpin upacara, Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar, tampak haru memberi penghormatan, menabur bunga di atas pusara diiringi keluarga dan jajaran pejabat Kementerian ESDM lainnya, mengingat kembali perjuangan sang pahlawan, yang berjasa besar bagi perkembangan pertambangan Indonesia.

Lasut yang lahir di Minahasa 6 Juli 1918, di masa perjuangan kemerdekaan menjadi incaran Belanda. Memimpin para geologis lainnya, pada 1945, Lasut berhasil merebut Pusat Djawatan Tambang Bandung dari tangan Jepang dan mempertahankannya pada masa agresi militer Belanda. Gerilya dilakukannya untuk menyelamatkan dokumen-dokumen penting pertambangan Indonesia.

Bersamaan dengan diadakannya perjanjian Roem Royen, pada 7 Mei 1949, Lasut dibawa oleh Belanda dari pusat kota Yogyakarta ke daerah Pakem (sekitar 7 km utara Yogyakarta). Di sanalah ia ditembak mati, karena setia mempertahankan dokumen negara. Atas jasanya, 20 Mei 1969, Arie Frederick Lasut kemudian dianugerahi gelar Pahlawan Kemerdekaan Nasional.

Video cerita adik kandung Lasut kembali diputar sesaat sebelum acara ziarah. "Rasanya hari ini tidak cukup bagi generasi muda untuk bisa melihat sejarah, apa yang bisa kita peroleh dari pendahulu sehingga bisa kita teruskan dan perbaiki ke depannya," pesan Wamen Arcandra dalam amanatnya.

c-WhatsApp%20Image%202018-09-22%20at%203

Menurut Arcandra, Lasut adalah sosok tokoh geologi profesional, tokoh negarawan, yang gigih memperjuangkan kepentingan nasional, hingga akhirnya ditembak mati mempertahankan ideologinya. "Di masa ini kita tidak perlu berjuang dengan meregang nyawa. Yang terpenting adalah bagaimana mempertahankan semangat untuk mengawal pemanfaatan sumber daya alam Indonesia bagi kemakmuran rakyat," ungkap Arcandra.

Acara ziarah makam Arie Frederick Lasut, setelah ziarah makam para mantan menteri di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata Jakarta awal pekan ini, menjadi bagian dari rangkaian peringatan Hari Jadi Pertambangan dan Energi ke-73, yang jatuh pada tanggal 28 September nanti.

Penulis: Khoiria Oktaviani

Share This!