Dampak Krisis Global Terhadap Sektor ESDM

Friday, 17 October 2008 - Dibaca 8753 kali

Menurut Staf Ahli Menteri Bidang Ekonomi dan Keuangan Simon F. Sembiring, krisis keuangan global yang ditandai dengan dropnya saham dibeberapa negara tidak terkecuali Indonesia, jika dilihat dari prosentasenya IHSG di BEJ mengalami penurunan yang paling besar.

Mengenai dampaknya secara langsung terhadap sektor ESDM beliau menjelaskan, pasar modal merupakan sumber dana murah untuk mendanai kegiatan eksplorasi. Adanya persoalan di pasar modal akan membuat investor enggan untuk menanamkan investasinya pada kegiatan yang memiliki resiko tinggi seperti kegiatan eksplorasi. Keengganan ini akan terlihat dalam 3 tahun kedepan, dimana tidak ada penemuan dan cadangan baru pada komoditi pertambangan dan migas.

Selain itu lanjut beliau, kemungkinan harga komoditas pertambangan dan migas akan naik dalam 3-4 tahun yang akan datang akibat adanya gap antara supply dan demand yang disebabkan lack of discovery.

Sektor ESDM menjadi tulang punggung perekonomian Indonesia saat terjadinya krisis pada tahun 1998 yang lalu. Peran tersebut masih terbuka saat ini jika pemerintah dapat segara menyelesaikan kegiatan-kegiatan sektor ESDM yang saat ini mengalami penundaan seperti, PT Dairi Prima yang masih menunggu SK Presiden Tentang Penambangan Bawah tanah, PT Meares Soputan yang menimbulkan kesalahpahaman antara DESDM dengan Gubernur Sulut dan PT Jogya Mining yang saat ini KK nya masih dalam tahap penyelesaian "pendapat fatwa hukum" dari Menhukam.

Dalam sub sektor Panas Bumi juga masih terdapat beberapa lokasi yang menunggu peningkatan status dari Penyelidikan Pendahuluan ke Eksplorasi dengan catatan harga patokan listrik dapat direvisi, seperti harga patokan listrik di Sumatera Selatan disamakan dengan wilayah Sumatera lainnya. Demikian juga dengan IPP seperti Sarula dan lainnya yang saat ini sedang menunggu "penyesuaian harga listrik" dari PLN karena belum ada kesepakatan B to B nya, ujar Simon.

Share This!