Belajar Pengelolaan Mikrohidro dari Lembah Derita

Jumat, 3 Januari 2020 - Dibaca 682 kali

PASAMAN BARAT - Potensi kondisi geografis di Indonesia yang memiliki banyak sungai berpotensi besar untuk menciptakan listrik dengan memanfaatkan aliran air melalui pembangkit listrik yang relatif lebih kecil dibanding PLTA, yang biasa disebut Pembangkit Listrik Tenaga Mikro Hidro (PLTMH). PLTMH merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, berkelanjutan dan memiliki nilai ekonomis tinggi. PLTMH juga dapat menjadi solusi bagi daerah-daerah yang selama ini sulit mendapatkan pasokan listrik.

Salah satu PLTMH yang dikelola secara baik dan mendapat apresiasi hingga tingkat Asia Tenggara yaitu PLTMH Lembah Derita, berkapasitas 20 Kw. Pembangkit ini dikelola secara mandiri oleh warga Desa Lembah Derita, Kabupaten Pasaman Barat, Provinsi Sumatera Barat. Merupakan salah satu dari tujuh pembangkit yang memanfaatkan aliran Sungai Batang Batupangan.

Pembangkit ini beroperasi siang dan malam hari sejak tahun 2008, dalam sebuah gudang beratap seng dan berlantai beton di tepi sungai. Memasok listrik ke 23 rumah tangga, satu sekolah menengah pertama (SMP), beberapa warung kecil, dan bisnis perkayuan yang memproduksi perabot seperti kusen pintu jendela. Untuk tarif, setiap rumah tangga hanya dikenakan biaya sebesar Rp 50.000 sebulan untuk pemakaian dua macam alat elektronik dengan standar 220 volt.

"450 watt untuk setiap rumah tidaklah banyak, tetapi cukup untuk membuat perubahan besar", ungkap Abu Bakar, koordinator masyarakat Desa Lembah Derita yang ditemui pada sebuah kesempatan pekan lalu (26/12).

Lebih lanjut Abu bercerita bahwa yang penting untuk disadari, bahwa listrik tak hanya sekadar untuk pemakaian televisi, lemari es atau sistem karaoke, tapi energi listrik dari turbin juga dapat dimanfaatkan untuk mengelas, memperbaiki sepeda motor, dan juga memompa air. Hal ini sangat membantu meningkatkan perekonomian masyarakat desa.

Keandalan turbin dengan kualitas baik dari usaha lokal menjadi salah satu keunggulan PLTMH Lembah Derita karena menghasilkan aliran air yang stabil untuk melistriki desa. Warga masyarakat bekerja sama dengan baik untuk membangun gudang turbin dan merawatnya bersama-sama, seperti memastikan tidak ada sampah yang tersangkut dan mengecek kondisi setiap bagian turbin tiap bulannya. Keberlanjutan setiap PLTMH utamanya tergantung pada keberlanjutan pengelolaan oleh masyarakat dan kepedulian menjaga agar wilayah tangkapan air tetap terjaga. Tak heran, PLTMH Lembah Derita mendapatkan penghargaan Pemenang Pertama ASEAN Energy Award untuk kategori Community-Based Off-Grid pada 2013.

PLTMH Lembah Derita merupakan salah satu dari pembangkit binaan Direktorat Jenderal EBTKE dan Deutshce Gesellschaft fur Internationale Zusammernabeit (GIZ) GmbH melalui proyek Energising Development Indonesia (EnDev Indonesia). Melalui proyek kerja sama ini, sebanyak 250 PLTMH berhasil dibina, yang wilayahnya tersebar di berbagai lokasi terpencil Indonesia. (DLP/GIZ)