Ditjen EBTKE Ajak ‘Tetangga’ Berhemat Energi

Kamis, 5 Desember 2019 - Dibaca 2432 kali

JAKARTA - Dengan semangat terus menyuarakan dan meningkatkan peran serta publik terhadap pentingnya hemat energi, Direktorat Jenderal EBTKE kali ini mengundang dan mengajak berbagai instansi, yang merupakan 'tetangga' kantor Ditjen EBTKE yang berlokasi di kawasan Cikini, Menteng Jakarta Pusat, untuk berbagi pengetahuan pentingnya dan manfaat penghematan energi di lingkungan masing-masing.

"Tujuan kami mengadakan Sosialisasi Hemat Energi ini adalah kita ingin berbagi bagaimana sebetulnya melakukan penghematan energi di tempat kita masing-masing dan mungkin bisa ditularkan ke tetangga ataupun unit lain yang berhubungan dengan kita," tutur Direktur Konservasi Energi, Hariyanto pada kegiatan Sosialisasi Hemat Energi yang digelar hari ini (5/12) di Aula Kantor Gedung Slamet Bratanata, Ditjen EBTKE.

Kegiatan sosialisasi ini bertujuan memberikan edukasi kepada beberapa pengelola gedung yang berlokasi di sekitar Menteng, Jakarta Pusat yaitu Balai Pengembangan Sumber Daya Manusia dan Penelitian Kominfo, Pusat Kebijakan Penerbangan dan Antariksa LAPAN, Kedeputian Bidang Pengembangan Destinasi Pariwisata Kemenpar, Perusahaan Daerah Pasar Jaya, Kepolisian Sektor Menteng, Komando Rayon Militer 01 Menteng, Pengadilan Tinggi TUN Jakarta, Stasiun Cikini, Kantor Kecamatan Menteng, Puskesmas Menteng, RS Cipto Mangunkusumo, Daerah Operasi 1 Jakarta, Komando Rayon Militer 02 Matraman, dan Kepolisian Sektor Matraman.

Hariyanto pun mengungkapkan saat ini penggunaan bahan bakar nasional berada pada kisaran 1,6 juta barrel per hari-nya. Setengah dari jumlah tersebut merupakan bahan bakar impor dan setengahnya diproduksi dalam negeri. Porsi jumlah bahan bakar yang diimpor tersebut terus ditekan, salah satunya melalui penghematan energi.

Pemerintah telah mengatur implementasi penghematan energi diantaranya melalui pengaturan pemberian label hemat energi pada peralatan rumah tangga. "Kami dari Pemerintah mempunyai regulasi. Terkait dengan kebijakan yaitu label hemat energi. Jadi kalau kita membeli peralatan listrik cari bintangnya yang paling banyak. Sampai saat ini ada 2 peralatan listrik yang sudah kami terapkan label hemat energi, yaitu lampu dan AC Split. Kalau Bapak dan Ibu mau membeli AC baik untuk di rumah maupun di kantor, bapak/ibu tinggal melihat bintangnya. Harganya lebih mahal sedikit tapi umur pemakaiannya lebih panjang. Jadi hitung-hitungannya lebih hemat," tukasnya.

Hariyanto mengakui saat ini pertimbangan utama masyarakat dalam menentukan pemilihan alat rumah tangga adalah keterjangkauan harga. Meski demikian, masyarakat harus mendapatkan edukasi dan pemahaman bahwa pembelian alat rumah tangga seperti AC dan lampu dengan harga yang terjangkau hanyalah keuntungan awal yang diperoleh konsumen karena peralatan tersebut belum mendapatkan label hemat energi dan nantinya konsumen harus menyiapkan pengeluaran kembali untuk pembayaran tagihan yang tinggi. Sementara pembelian alat rumah tangga yang sudah memiliki label hemat energi memang memiliki harga yang lebih tinggi namun menjanjikan nilai investasi yang lebih tinggi karena tagihan yang lebih rendah dan rata-rata pemakaiannya tahan lebih lama.

Secara garis besar, pelaksanaan penghematan energi dapat dilakukan dengan didukung dua hal, yaitu perilaku dan bantuan teknologi. Secanggih apapun teknologi yang diterapkan, apabila tidak didukung dengan perilaku hemat energi maka hasilnya tidak akan optimal. Meskipun saat ini perkembangan teknologi sangat pesat, Hariyanto mengingatkan peserta yang hadir untuk tidak mudah diiming-imingi.

"Saat ini mungkin Bapak dan Ibu sering baca iklan kalau sebuah alat bisa menghemat energi 10% dan sebagainya. Itu belum tentu benar. Nah, itu yang kami maksudkan bahwa sosialisasi pada hari ini adalah bagaimana kita mengetahui bahwa efisiensi energi atau penghematan energi menjadi tugas kita bersama," harap Hariyanto.

bfa181e6b6b6e42c2ba9d787e6a14fd9_p.jpeg

Bahwa Direktorat Konservasi Energi memiliki program Sosialisasi Hemat Energi untuk tiap lapisan masyarakat. Konservasi Energi itu tidak melulu tentang hemat. Konsep hemat itu intinya daripada membangun 1 kw Energi, alangkah baiknya berhemat 1 kw, jauh lebih murah dan efisien.

"Jadi salah satu tujuan kegiatan ini adalah perubahan pola pikir kita dari yang tadinya belum hemat jadi lebih hemat dan yang tadinya sudah hemat jadi semakin hemat" pungkas Kepala Seksi Bimbingan Teknis Konservasi Energi, Eko Sudarmawan yang hadir sebagai salah satu narasumber pada kegiatan sosialisasi ini.

Menurut Eko, potensi penghematan energi yang ada masih bisa dimaksimalkan. Penghematan untuk sektor industri dan komersial bisa dimaksimalkan sekitar 10-30%, sementara sektor transportasi dan rumah tangga bisa dimaksimalkan sekitar 15-30% potensi pengematannya.

Ia pun berbagi tips misal penghematan energi di rumah tangga, seperti penggunaan pendingin ruangan (AC) di rumah, yang biasanya diatur pada suhu yang paling dingin. Hal itu sebenarnya tidak ideal. Suhu yang ideal antara 24-25 derajat celcius karena suhu tersebut tidak membebani compressornya. Saat AC diatur pada suhu 16 derajat pun tidak akan mencapai suhu 16 derajat. "Jadi, bijaksana dalam penggunaan energi bukan berarti kita mengurangi kenyamanan. Hemat bukan berarti pelit. Hemat Energi harus tetap mempertimbangkan aspek kenyamanan dan keamanan. Itu baru dari segi AC dan kami informasikan ke bapak/ibu bahwa dari pembayaran listrik bapak di rumah, 60% itu berasal dari konsumsi AC. Selebihnya rice cooker dan sebagainya," tandasnya. (RWS/DLP)

73ebf1eb98a4d4d2b167ea8b8c8965d8_p.jpeg