Gas Bumi Sudah Mengalir, Nenek Saniah Tak Lagi Gunakan Kayu Bakar

Selasa, 2 April 2019 - Dibaca 1409 kali

Jakarta, Beroperasinya jaringan distribusi gas bumi untuk rumah tangga (jargas) di berbagai wilayah, disambut gembira masyarakat. Termasuk Nenek Saniah, warga Kota Cirebon. Dengan adanya gas bumi, nenek 17 cucu ini tidak perlu lagi menggunakan kayu bakar untuk memasak.

"Biasanya saya masak pakai kayu bakar. LPG dipakai kalau masak malam hari aja. Lebih banyak pakai kayu bakar," tutur Nenek Saniah di rumahnya yang sederhana, akhir Maret lalu.

Nenek Saniah memilih menggunakan kayu bakar karena harganya lebih murah. Apalagi, ia sering mendapatkan kayu bakar secara gratis dari tetangganya. "Ada aja yang ngasih kayu bakar. Saya kan orang nggak punya. Bapaknya juga di rumah aja, udah tua. Orang nggak mau nyuruh karena katanya nggak enak menyuruh orang tua," ungkap perempuan yang murah senyum ini.

Lantaran jarang dipakai, dalam sebulan Nenek Saniah hanya menghabiskan 1 tabung LPG 3 kg. Jika habis, terkadang ia merasa kesulitan mendapatkannya di warung-warung terdekat. Dengan adanya gas bumi, Nenek Saniah merasa senang karena tidak perlu repot mencari kayu bakar atau LPG.

"Saya senang sekali ada jargas ini. Katanya bayarnya juga murah dan enak nggak usah pakai kayu bakar lagi. Kalau pakai kayu bakar, mata saya suka perih kena asapnya," katanya.

dsc07882-3.jpgKegembiraan ini juga dirasakan Lela Mariani (24), warga Talang Batu, Kota Prabumulih. Ibu satu anak yang sehari-harinya berjualan gorengan ini, tak lagi menggunakan kayu bakar setelah jargas di rumahnya resmi mengalir. "Saya berjualan gorengan. Jadi susah kalau LPG atau kayu bakar habis. Kalau di desa tidak dapat (LPG), terpaksa cari ke kota," ujar Lela.

Jika harus membeli LPG ke kota, Lela harus mengeluarkan biaya transport yang cukup besar yaitu Rp 20.000. "Makanya saya sering pakai kayu bakar kalau tidak kebagian LPG. Kalau naik ojek, kan biayanya juga besar," tambahnya.

Dalam sebulan, Lela membutuhkan 8 tabung LPG 3 kg atau sekitar Rp 200.000 karena harga per tabung LPG 3 kg mencapai Rp 25.000. Harga LPG 3 kg di desanya terbilang mahal karena letaknya di pelosok, melewati hutan karet.

Meski baru menggunakan gas bumi, Nenek Saniah dan Lela mengakui tidak takut. Apalagi mereka telah mendapatkan penjelasan cara mengatasi gas yang bocor.

Jargas untuk rumah tangga memiliki banyak keunggulan. Gas yang dialirkan melalui pipa ke rumah-rumah tangga merupakan gas alam (natural gas) yang sangat bersih. Jargas ini jauh lebih aman karena tekanan jargas lebih rendah dari tekanan LPG. Artinya, apabila ada kebocoran, gas langsung naik ke atas ke udara bebas.

Keunggulan lain adalah dapat dilakukan penghematan baik dari sisi konsumen maupun Pemerintah. Jargas sangat murah sehingga pengunaannya dapat mengurangi biaya rumah tangga sekitar Rp 60 ribu hingga 90 ribu per bulan per keluarga.

Sejak dibangun pertama kali tahun 2009, total SR jargas yang terbangun dengan dana APBN hingga saat ini sebanyak 325.773 SR yang terdistribusi di 16 provinsi, 40 kabupaten/kota.

Untuk tahun 2019, direncanakan akan dibangun sebanyak 78.216 SR jargas di 18 lokasi yaitu Kabupaten Aceh Utara (5.000 SR), Kota Dumai (4.300 SR), Kota Jambi (2.000), Kota Palembang (6.000 SR), Kota Depok (6.230 SR), Kota Bekasi (6.720 SR), Kabupaten Karawang (2.681 SR), Kabupaten Purwakarta (3.765 SR), Kabupaten Cirebon, (6.520 SR), Kabupaten Lamongan (4.000 SR), Kota Mojokerto (4.000 SR), Kabupaten Mojokerto (4.000 SR), Kabupaten Pasuruan (4.000 SR), Kabupaten Probolinggo (4.000 SR), Kabupaten Banggai (4.000 SR), Kabupaten Wajo (2.000 SR) dan Kutai Kartanegara (5.000 SR). (TW)