Indonesia Tawari Korea Kembangkan Shale Gas

Selasa, 2 November 2021 - Dibaca 309 kali

Jakarta, The 12 Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF) telah dilaksanakan pekan lalu. Delegasi RI dipimpin oleh Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Tutuka Ariadji, sedangkan Delegasi Korea dipimpin oleh Deputy Minister for Energy Industry, Ministry of Trade, Industry and Energy Korea, Kang Kyungsung. Secara umum, kedua negara sepakat untuk meningkatkan kerja sama di sektor energi. Khusus kerja sama di subsektor migas, Indonesia mengajak Korea untuk bekerja sama mengembangkan shale gas di lapangan-lapangan migas Indonesia.

Selain pengembangan shale gas, Indonesia juga mengajak Korea mengembangkan teknologi shale gas dan pemanfaatan laboratorium LEMIGAS Kementerian ESDM untuk analisis shale hydrocarbon.

Kedua negara juga mendiskusikan kolaborasi feasibility study terkait shallow biogenic gas production and combined application.

Di sisi kerja sama bisnis, Pertamina dan KNOC menggali potensi kemitraan untuk pengelolaan lapangan migas baik di Indonesia maupun di luar negeri. Pihak KNOC juga menyatakan minatnya untuk melakukan joint study di Indonesia.

Sedangkan untuk subsektor kelistrikan dan energi terbarukan, kedua pihak menggali potensi kerja sama terutama kerja sama teknis dan proyek demonstrasi EV charging serta berbagi kebijakan terkait smart grid dan infrastruktur EV charging. Indonesia dan Korea sepakat untuk lebih lanjut membahas pengembangan hidrogen di kedua negara.

Untuk sesi mutual cooperation, Indonesia menyampaikan peluang kerja sama di sektor minerba mulai dari hulu, hilir hingga pengembangan sumber daya manusia. Korea juga menyampaikan keinginan untuk berkolaborasi dengan PT Timah baik sebagai penyedia teknologi maupun sebagai investor dalam proyek rare earth.

Selain itu, Korea mengusulkan konsep MoU tentang kerja sama mineral sebagai upaya peningkatan kerja sama minerba di level pemerintah dan swasta. Pemerintah mencatat usulan ini dan akan menindaklanjuti dengan pembahasan internal.

Di bidang capacity building, kedua belah pihak akan melanjutkan dan meningkatkan kerja sama yang selama ini telah dilakukan yaitu partisipasi pegawai Kementerian ESDM dalam beasiswa pendidikan S2 dan S3 di program GETTPP di Seoul National University serta pertukaran dosen dan mahasiswa dengan Koordinasi di bawah BPSDM ESDM.

Pada sesi penutupan, selain penandatanganan secara virtual dokumen Agreed Minutes yang berisi informasi umum terkait The 12th IKEF, kedua delegasi sepakat untuk melaksanakan forum energi selanjutnya pada tahun 2022.

Sebagai informasi, pertemuan bilateral RI-Korsel diawali tahun 1979 yang membahas kebijakan energi, perdagangan LNG, minyak mentah, produk-produk kilang, batubara serta kerja sama sektor energi kedua negara. Pada periode 1979-2006 telah dilakukan pertemuan bilateral energi melalui mekanisme Joint Committee on Energy.

Pada perkembangannya, sesuai kesepakatan kedua pihak untuk meningkatkan dan mengintensifkan kerja sama di sektor ESDM yang melibatkan sektor swasta, ditandatangani MoU tentang pembentukan Energy Forum antara KESDM dengan Ministry of Commerce, Industry and Economy Korea. Sejak saat itu, Joint Committee on Energy bertransformasi menjadi Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF) di bawah koordinasi Ditjen Migas (selaku focal point kerja sama RI-Korea) dan Ministry of Knowledege Economy (MKE), yang sekarang berubah struktur organisasi menjadi Ministry of Trade, Industry and Energy (MOTIE).

Forum pertemuan Indonesia-Korea kemudian diperluas melalui penandatanganan MoU kerja sama komprehensif di bidang gas dan EBT antara KESDM dan MKE (sekarang MOTIE) oleh Menteri Luar Negeri RI Marty M. Natalegawa dan Menteri Pengetahuan Ekonomi Korea Sukwoo Hong. MoU tersebut ditandatangani pada tanggal tanggal 26-27 Maret 2012 di Seoul, Korsel, yang disaksikan oleh Presiden dari kedua Negara pada dalam rangkaian acara Nuclear Security Summit. (TW)