KOPI SENJA: Nambah Ilmu Sembari Ngopi

Jumat, 10 Juni 2022 - Dibaca 339 kali

Jakarta, Banyak cara yang dapat dilakukan untuk menambah pengetahuan, serta berbagi pengalaman. Ada yang serius, ada pula yang lebih suka dengan cara santai. Agen Perubahan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi memilih untuk memadukan keduanya: serius tapi santai, sembari menikmati sajian kopi dan makanan ringan di sore hari.

Kopi Senja Sharing Session ini merupakan acara yang digagas Agen Perubahan Ditjen Migas sebagai ajang silaturahmi, serta meningkatkan pengetahuan terutama terkait minyak dan gas bumi. Kopi Senja Episode 1 digelar di Ruang Strategis Ditjen Migas, Kamis (9/9) petang, dengan menghadirkan dua narasumber yaitu Haryanto selaku Subkoordinator Penyiapan dan Penerapan Standardisasi Hilir Minyak dan Gas Bumi dengan topik: Pelumas dan Nomor Pelumas Terdaftar. Narasumber kedua adalah Onne Aswin Alamsyah, Subkoordinator Keselamatan Pekerja dan Umum Hilir Minyak dan Gas Bumi dengan topik: Desain Enjineering Jaringan Gas Bumi Residensial.

Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Mirza Mahendra menyambut positif kegiatan ini. "Kegiatan ini sangat baik dan bermanfaat karena banyak hal yang dapat dipelajari dan dibagikan dengan kawan-kawan di Ditjen Migas. Semoga acaranya berjalan lancar, santai, namun tetap menarik," katanya.

Tampil sebagai pembicara pertama adalah Haryanto selaku Subkoordinator Penyiapan dan Penerapan Standardisasi Hilir Minyak dan Gas Bumi dengan topik: Pelumas dan Nomor Pelumas Terdaftar. Haryanto memaparkan, pelumas adalah minyak lumas dan gemuk lumas yang berasal dari minyak bumi, bahan sintetis, pelumas bekas dan lainnya yang tujuannya untuk pelumasan mesin dan peralatan lainnya.

Pelumas berfungsi mengurangi gesekan atau keausan komponen mesin yang terjadi saat mesin bekerja, merapatkan komponen mesin/penutup celah antar mesin sehingga celah antara keduanya tidak begitu besar agar tidak terjadi kebocoran kompresi. "Pelumas juga berfungsi sebagai pembersih dan memudahkan mesin untuk mencapai suhu kerja yang ideal dan meringankan kinerja mesin. Selain itu, sebagai pendingin, bertindak fluida yang memindahkan panas ruang ke bagian lain mesin yang lebih dingin," jelas Haryanto.

Pelumas dibentuk dari base oil atau minyak dasar dan adiktif. Base oil terbagi dua yaitu pelumas mineral dan pelumas sintetik. Pelumas mineral diperoleh dari destilasi atau penyulingan minyak bumi secara bertahap. Oli jenis ini terdiri dari unsur alam, seperti alkaline dan siklik parafin. Ukuran butiran tidak sama, harga terjangkau dan meninggalkan kerak pada komponen mesin.

Sedangkan pelumas sintetik terbuat dari bahan buatan sehingga kualitas dan karakternya dapat diatur sesuai keinginan, biasanya PAO (PolyAlphaOlefin), dipakai untuk mobil berteknologi terbaru di mana celah antar part/logam lebih lecil (presisi). Ukuran struktur/butiran sama, harga lebih mahal dan lebih awet terhadap oksidasi, stabil terhadap suhu.

Komposisi pelumas yaitu base oil (70-100%) ditambah adiktif (0-30%). "Ini kombinasi terpadu untuk pelumas. Adiktif macam-macam, seperti dispersant, detergent dan sebagainya," tambahnya.

Lebih lanjut Haryanto menjelaskan mengenai viskositas yaitu penggolongan batasan nilai kekentalan minyak lumas ISO, SAE, NGLI, ASTM, DIN, AGMA. Standar yang paling banyak digunakan adalah klasifikasi menurut ISO dan SAE. "Viskositas juga merupakan indeks kekentalan cairan dan kemampuan pelumas untuk mempertahankan kekentalannya terhadap temperatur kerja mesin/tertentu," papar Haryanto.

Dua indikator kekentalan adalah kekentalan monograde (SAE 40) serta kekentalan multigrade (20W-50). Semakin besar angka yang mengikuti kode oli, menandakan semakin kentalnya oli tersebut. "Semakin temperatur tinggi, beban tinggi, kecepatan rendah, perlu SAE yang lebih besar/kental," kata dia.

Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pelumas adalah unjuk kerja pelumas sebagai indikator mutu kualitas pelumas mengacu pada SPI, JASO, ILSAC dan ISO. Ditunjukkan dengan kode API 2 digit huruf pada kemasan. Semakin tinggi huruf abjad yang mengikuti huruf S dan C, maka semakin baik kualitasnya.

Haryanto juga membahas mengenai Nomor Pelumas Terdaftar (NPT) yaitu nomor yang diberikan oleh Dirjen Migas terhadap suatu nama dagang pelumas setelah memenuhi persyaratan yang ditetapkan. "Setiap jenis pelumas yang dipasarkan di dalam negeri, wajib memenuhi standar dan mutu (spesifikasi) yang ditetapkan menteri dengan mengacu karakteristik dan parameter pada SNI atau spesifikasi produsen/standar internasional dan wajib memiliki NPT," jelasnya.

Sedangkan pembicara kedua yaitu Onne Aswin Alamsyah, Subkoordinator Keselamatan Pekerja dan Umum Hilir Minyak dan Gas Bumi dengan topik: Desain Enjineering Jaringan Gas Bumi Residensial. Disampaikan, kriteria kota gas (city gas) adalah ketersediaan suplai gas bumi, ketersediaan infrastruktur, pasar pengguna, kategori pengguna gas residensial yaitu rumah tangga sampai dengan penggunaan 50 m3 per bulan dan pelanggan kecil dengan penggunaan sampai dengan 1.000 m3 per bulan.

Manfaat menggunakan jargas yaitu harganya lebih murah dari LPG, menekan subsidi dan impor BBM dan LPG, emisi lebih bersih dibandingkan BBM, tersedia setiap saat sehingga tidak perlu keluar rumah jika sewaktu-waktu kehabisan. "Jargas ini merupakan substitusi terhadap LPG," tambahnya.

Dalam pembangunan jargas ini, terdapat tahapan desain enjineering yang harus dilalui yaitu pengumpulan data primer dan data sekunder, desain proses, desain mekanikal dan pemipaan, desain sipil dan struktur, serta desain elektrikal dan instrumentasi. "Semua data-data ini nantinya akan mendukung yang disebut build of quantity dan menjadi rencana anggaran biaya sebagai dasar pembangunan proyek," tambah Aswin.

Dia melanjutkan, jargas termasuk salah satu instalasi yang sederhana karena yang penting adalah ketersediaan pipa untuk mendistribusikan gas ke rumah tangga. Jargas juga aman karena tekanannya kecil hanya 0,02-0,03 bar dibandingkan LPG yang tekanannya dapat mencapai 6-8 bar.

Untuk mempermudah pemahaman, Aswin melakukan simulasi distribusi jargas rumah tangga dan pelanggan kecil. Ditekankan pula pentingnya odoran untuk gas rumah tangga, sebagai penanda awal apabila terjadi kebocoran.

Sebelum jargas dibangun, dilakukan sosialisasi termasuk manfaat jargas, serta survei untuk mengetahui minat masyarakat. Juga survei ke lapangan untuk memastikan apakah rumah tersebut memenuhi syarat untuk dibangun jargas, serta panjang pipa yang dibutuhkan untuk memyalurkan gas bumi ke dapur. (TW)