Aplikasikan Tungku Pembakar Siklon, Pengusaha Jamur Tiram Hemat Rp 28 Juta per Tahun

Selasa, 7 Agustus 2018 - Dibaca 2257 kali

SUBANG - Ade Patas, pemilik Industri Kecil Menengah (IKM) budidaya jamur Alam Sari di Subang, Jawa Barat mengaku sejak mengaplikasikan tungku pembakar siklon yang dikembangkan Pusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batubara (tekMIRA), Balitbang Kementerian ESDM, kini ia dapat menghemat Rp 200.000 pada setiap proses sterilisasi media tanam jamur yang dilakukannya.

"Sterilisasi dilakukan 3 kali seminggu, jadi dengan tungku pembakar siklon ini saya dapat menghemat biaya bahan bakar hingga Rp 28 juta per tahunnya, hemat sekali, sangat bermanfaat bagi kami para pelaku IKM yang umumnya bermodal kecil ini," ujar pria yang mengawali usaha pada tahun 2005 ini di tempat kerjanya di Subang (27/7). Kini Ade telah memasok jamur tiram meliputi wilayah Indramayu, Bandung Cirebon, Bekasi, Jakarta hingga Tangerang. Sebagian besar produk jamurnya dikirim ke pasar, swalayan juga hotel.

Ade bercerita, sebelumnya ia menggunakan gas LPG dan kayu bakar untuk usahanya, akan tetapi harga LPG kian mahal dan pasokan kayu bakar pun kerap tersendat. Kesulitan ini membuat Ade tertarik mengimplementasikan tungku pembakar siklon. Setelah menggunakan tungku pembakar siklon, biaya bahan bakar kini hanya Rp 30.000 untuk membeli batubara dan biomassa berupa serbuk gergaji. Dengan teknologi co firing batubara dan biomassa juga ini ia juga dapat memanfaatkan limbah bekas media tanam jamur.

"Sebelumnya kita kewalahan membuang media tanam jamur bekas pakai setiap kali panen karena media ini hanya dapat digunakan untuk sekali tanam. Dulu kami jual limbah media tanam ke sejumlah petani, namun jumlah limbah yang diambil petani belum terserap sepenuhnya, sehingga sisa limbah pun menumpuk di belakang rumah," ungkapnya.

Ade mencampurkan limbah media tanam untuk bahan bakar sehingga dapat mengurangi konsumsi serbuk gergaji untuk bahan bakar pembakar siklon. Sesekali ia tidak menggunakan batubara, dan menggantikan bahan bakar seluruhnya dengan limbah media tanam dan serbuk gergaji.

"Bila menggunakan biomassa saja, waktu pembakaran menjadi lebih lama, namun masih lebih singkat dibandingkan menggunakan kayu bakar." ujar Ade. Dalam sekali proses sterilisasi, Ade menggunakan empat tungku secara bersamaan, satu tunggu menggunakan pembakar siklon sedangkan tiga tungku lainnya menggunakan kayu bakar.

Ade menjelaskan, dalam tahapan budidaya jamur tiram, terdapat proses sterilisasi media tanam dengan oven steam berbahan bakar gas LPG dan kayu bakar. Sterilisasi ini berfungsi untuk mematikan spora mikroba pengganggu dalam waktu yang cepat. Proses ini umumnya memerlukan kukusan/steam dengan tekanan tinggi dalam waktu hingga 10 jam. Dengan tungku pembakan siklon oven mampu mengukus media tanam dengan waktu lebih cepat, yaitu 4 jam saja.

Teknologi Pembakar Siklon Bantu IKM Sediakan Energi Bersih dan Murah

Pada kesempatan yang sama, Tenaga Ahli Menteri ESDM untuk Dewan Energi Nasional, Sugita menyatakan komersialisasi tungku pembakar siklon mungkin tidak memberikan keuntungan besar bagi BLU tekMIRA. Namun, kata dia, yang terpenting teknologi ini sangat membantu IKM dalam penyediaan energi baru secara murah. Hal tersebut turut diamini Kepala Puslitbang tekMIRA, Hermansyah.

"Tungku pembakar siklon merupakan teknologi yang tepat untuk IKM, karena user friendly, murah, mudah dengan efisiensi tinggi", ujar Hermansyah. Hermansyah menjelaskan saat ini BLU Tekmira sedang mengembangkan kerja sama komersialisasi tungku pembakar siklon yang mencakup kerja sama dengan beberapa workshop untuk mempermudah pabrikasi peralatan tungku siklon dan jaminan pasokan batubara untuk suplai bahan bakar ke pengguna.

Di Subang sendiri, terdapat setidaknya 200 IKM budidaya jamur yang potensial untuk diproyeksikan sebagai pengguna tungku pembakar siklon. Presiden Direktur PT Almira Energi Subang Teddy Soejarwanto berpendapat pasar jamur tiram luar biasa. Ada lebih dari IKM budidaya jamur membutuhkan pendampingan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan mengoptimalkan pengelolaan proses produksi agar dapat lebih efisien.

Penulis: Esti Rahayu/Khoiria Oktaviani

Bagikan Ini!