Indonesia Hadiri Pertemuan EPOC OECD

Senin, 26 Mei 2008 - Dibaca 3947 kali

Indonesia turut menghadiri pertemuan Environment Policy Committee (EPOC), Organization for Economic Cooperation and Development (OECD) yang diadakan di Paris pada tanggal 28-29 April 2008. Pertemuan tersebut dihadiri oleh menteri-menteri lingkungan negara OECD, wakil negara calon anggota OECD seperti Chile, Estonia, Israel, dan Slovenia, serta negara mitra utama program Enhanced Engagement OECD yang terdiri dari Brasil, Cina, Indonesia, dan Afrika Selatan.

Dalam pertemuan ini dibahas mengenai kebijakan dan tantangan masa depan dalam mengatasi dampak perubahan iklim terhadap kehilangan keanekaragaman hayati, kelangkaan air, dampak polusi terhadap kesehatan dan perlunya peningkatan produktivitas pangan. Sehubungan dengan topik ini, turut pula dibahas mengenai dampak kebijakan perubahan iklim terhadap daya saing perusahaan dan sektor-sektor industri di negara OECD.

Negara berkembang menekankan perlunya kejelasan definisi, prinsip, dan masalah yang dibaha dalam EPOC serta menegaskan bahwa posisi dan kewajiban negara maju dan negara berkembang terhadap perubahan iklim didasarkan pada prinsip "common but differentiated responsibilities". Indonesia menghimbau agar negara maju dapat memenuhi komitmen mereka sesuai dengan Bali Action untuk mendukung negara berkembang dalam kaitan dengan adaptasi, mitigasi, teknologi, dan pembiayaan.

Dalam sela-sela acara EPOC, delegasi RI mengadakan pertemuan dengan Menteri Lingkungan Swedia dan Australia untuk membahas tindak lanjut berbagai kerjasama di bidang lingkungan. Berkaitan dengan alih teknologi dan perlunya peningkatan peranan swasta dalam capacity building, Menteri Lingkungan Swedia berjanji akan memfasilitasi kerja sama sektor swasta Swedia dan Indonesia.

Pertemuan juga membahas dampak sosial perubahan iklim dimana sebagian peserta merujuk krisis pangan sebagai salah satu cerminan nyata dari dampak sosial yang terkait dengan pengembangan biofuel. Belanda yang menyatakan telah menandatangani pengembangan biofuel dengan beberapa negara, termasuk Indonesia, mendukung diberlakukannya "sustainable criteria" oleh Uni Eropa untuk produksi dan ekspor/impor biofuel.

Pertemuan yang menghadirkan negara maju dan berkembang ini sangat bermanfaat bagi negara-negara berkembang sebagai bagian dari proses peningkatan kapasitas dan pertukaran informasi untuk meningkatkan kinerja serta melaksanakan program-program pembangunan yang berkelanjutan.

Bagikan Ini!