Kawah Ijen Penghasil Belerang Terbesar

Selasa, 22 Juni 2010 - Dibaca 34370 kali

JAKARTA. Dahulu kala gunung api ini sangat besar bentuk fisiknya kemudian tercabikcabik oleh letusan besar (violent eruption) dalam tiga periode yang diperkirakan mulai berlangsung pada 3500 tahun yang lampau. Letusan tersebut menghasilkan lobang yang sangat besar dengan ukuran 19 x 21 km2 di bagian lantai dan 22 x 25 km2 di bagian atas yang kemudian dikenal dengan Kaldera Ijen (H. Sundoro, 1990). Di tengah kaldera tersebut terbentuk sebuah danau kawah yang menjadi pusat kegiatan vulkanik Gunung Ijen saat ini. Danau kawah tersebut berukuran 160 x 1160 m2 di bagian atas (crater rim) dan 960 x 600 m2 bagian bawah (danau).Ditengarai air danau ini adalah salah satu yang paling asam di dunia karena pH (keasaman)- nya antara nilai nol (tidak terukur) hingga 0,8. Nilai tersebut bervariasi tergantung pada kondisi musim hujan atau kemarau. Oleh karena itu gunung api yang memaku Tanjung Blambangan di ujung timur Pulau Jawa ini lebih dikenal sebagai Kawah Ijen. Kawah Ijen berdiri tidak utuh pada posisi geografi 8o 03,5' Lintang Selatan dan 114o 14,5' Bujur Timur dalam wilayah Kabupaten Banyuwangi dan Kabupaten Bondowoso, Provinsi Jawa Timur.Masa kini permasalahan yang mencuat dan menjadi biang keladi di Gunung Ijen bukan aktivitas letusannya, tetapi air danau yang sangat asam yang secara diam-diam menyusup diantara celah bebatuan dan mengalir jauh hingga ke laut. Dalam perjalannya menuju ke laut, air "abnormal" tersebut melintasi pemukiman penduduk, persawahan, perkebunan, bahkan pabrik (gula). Akibatnya yang nyata adalah terjadi pencemaran lingkungan yang menyebabkan kulit gatal, korosif pada gigi, tanaman tumbuh tidak sempurna, dan korosif pada komponen pabrik.Sudah tentu tidak semata hal yang negatif yang dijumpai disana. Selain itu ada sisi positif yang dapat dimanfaatkan untuk kemaslahatan hidup ummat manusia, belerang misalnya. Bahan galian ini jumlahnya sangat melimpah dan baru bisa ditambang sekitar 20%, atau sekitar 14 ton perhari, dari total jumlah yang disediakan oleh alam. Selain itu, batu gamping (lime stone) yang menjadi penyanggah dari formasi selangseling endapan vulkanik jatuhan dan lava yang menyusun bebatuan di Ijen menyediakan unsur kalsium (Ca) yang memungkinkan terbentuknya gipsum alam akibat bereaksi dengan air kawah yang mengandung unsur sulfur yang tidak terkira banyaknya.Bernafas dalam Lumpur BelerangSalah satu produk gunung api yang dapat dimanfaatkan adalah belerang (sulfur). Bahan galian ini berguna untuk campuran kosmetik, obat-obatan, pemutih dan sebagainya. Kawah Ijen adalah gunungapi yang menghasilkan belerang yang tiada taranya di Indonesia. Informasi dari pengelola Taman Nasional Alas Purwo, yang membawahi antara lain kawasan Kawah Ijen, bahwa sedikitnya 14 ton belerang setiap hari berhasil ditambang. Sedangkan analisa BPPTK, Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi menyebutkan bahwa nilai tersebut hanya sekitar 20% dari potensi yang sesungguhnya yang disediakan oleh alam. Kendala utama penyebab minimnya hasil yang diperoleh adalah medan yang sulit dan teknologi. Penambang menggunakan cara yang sangat sederhana untuk "menangkap" belerang. Mereka memasang pipa yang terbuat dari besi (pawon) berdiameter 16 - 20 cm. Setiap pipa panjangnya 1 m. agar mudah memasang dan menggantinya jika rusak. Pipa tersebut dipasang sambung menyambung mulai dari tebing atas dimana titik solfatara yang suhunya mencapai 200o C sekaligus sebagai sumber belerang hingga dasar tebing yang jauhnya antara 50 - 150 m. Melalui pipa tersebut gas belerang dialirkan kemudian tersublimasi di ujung pipa bagian bawah dan siap ditambang. Apabila salah satu pipa rusak karena korosif, maka uap belerang tidak mengalir sempurna dan terlepas ke udara bebas dan tidak sempat tersublimasi. Kendala lainnya adalah ketika suhu solfatara naik melampaui 200o C, maka uap belerang tidak sempat tersublimasi karena terbakar.Menambang belerang bukanlah pekerjaan yang mudah. Selain menghadapi medan yang sulit, juga tidak ada jaminan keselamatan. Bagi orang awam berdiri beberapa menit di lokasi sublimasi belerang akan merasakan pusing dan mual. Para penambang yang harus bekerja beberapa jam lamanya setiap hari tanpa masker pelindung atau semacamnya adalah suatu pilihan yang dilematis.Bergelut di lantai Kawah Ijen mengharap beberapa ribu rupiah sesungguhnya merupakan pilihan yang terakhir dari semua pekerja tambang. Betapa tidak, setelah "menggelepar" bernafas di dalam lumpur belerang yang amat pekat, bongkah bongkah belerang tersebut harus diangkut ke puncak (rim crater).Jarak antara dasar dengan bibir kawah 300 m dengan kemiringan antara 45o - 60o kemudian berlanjut ke tempat penampungan di Lembah Paltuding yang jaraknya 3 km. Setiap penambang (pemikul) pada umumnya mengangkut 75 - 90 kg belerang dan setiap kilogramnya mereka dibayar beberapa ratus rupiah. Apabila dikalkulasi, maka setiap penambang memperoleh bayaran antara Rp 50.000 - 75.000 (dua rute) setiap hari setelah bernafas dalam lumpur belerang tanpa alat pengaman.Apabila musim panen menjelang, mereka lebih memilih ke sawah/kebun meskipun hasilnya lebih sedikit, tetapi mereka menghirup udara yang bersih.Penulis: SR. Wittiri dan Sri SumartiPusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi.

Bagikan Ini!