Kebutuhan Gas Domestik Tetap Prioritas Utama

Sabtu, 19 September 2009 - Dibaca 2849 kali

JAKARTA. Pemerintah akan tetap memprioritaskan produksi gas nasional untuk kebutuhan domestik, setelah kebutuhan gas domestik terpenuhi maka terbukalah kesempatan untuk melakukan ekspor gas. Produksi gas dalam negeri untuk memenuhi komitmen kontrak yang sudah ada dan kebutuhan domestik."Gas didelegasikan untuk kebutuhan domestik terlebih dahulu, kemudian disampaikan kepada kita dan jika tidak ada kebutuhan untuk domestik baru kita lakukan ekspor", ujar Menteri ESDM sesaat sebelum Rapat Kerja dengan Komisi VII DPR RI (16/9).Pemerintah telah mengalokasikan gas bumi untuk pemenuhan gas bumi domestik berdasarkan Perjanjian Jual Beli Gas Bumi (PJBG) yang ditandatangani pada tahun 2002 - 2008 secara kumulatif sebesar 16.117 Trilyun BTU atau 63,5% sedangkan sebesar 9.284 Trilyun BTU atau 36,5% dialokasikan untuk ekspor.Kebutuhan gas domestik terus mengalami peningkatan seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi. Untuk menjawab permasalahan tersebut, dalam Rapat Kerja di Kantor Wakil Presiden beberapa waktu lalu pemerintah memberikan alternatif pemenuhan kebutuhan gas domestik dengan Coal Bed Methane (CBM) yang potensinya melimpah. Saat ini telah terdapat 15 Wilayah Kerja CBM.CBM merupakan gas methane yang terjebak pada tambang batubara. Potensi CBM di Indonesia memiliki keunggulan teknis untuk dikembangkan karena umumnya berada di tempat yang dangkal (500 m-1500m dibawah permukaan). Pengeboran CBM relatif lebih murah karena tidak membutuhkan eksplorasi maupun infrastruktur khusus namun dapat memanfaatkan data dan infrastruktur migas yang sudah ada.Indonesia memiliki potensi sumberdaya Coal Bed Methane (CBM) sekitar 300 hingga 450 Triliun Cubic Feet (TCF). Cadangan CBM tersebar pada sebelas areal cekungan (basin) batubara di berbagai lokasi di Indonesia, baik di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi.Ke sebelas basin lokasi CBM itu adalah Sumatera Selatan (183 TCF), Barito (101,6 TCF), Kutei (89,4 TCF) dan Sumatera Tengah (52,5 TCF) untuk kategori high prospective. Basin Tarakan Utara (17,5 TCF), Berau (8,4 TCF), Ombilin (0,5 TCF), Pasir/Asam-Asam (3,0 TCF) dan Jatibarang (0,8) memiliki kategori modarate. Sedang basin Sulawesi (2,0 TCF) dan Bengkulu (3,6 TCF) berkategori low prospective.

Bagikan Ini!