Menghemat Biaya Bahan Bakar Industri

Minggu, 2 Januari 2011 - Dibaca 7788 kali

Penulis :Soemarjono, Peneliti Utama,Pemanfaatan batu bara danAdang Setiawan, Pengkaji Teknologi Energi Sumber Daya MineralPusat Penelitian dan Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu BaraHemat energi hemat biaya, itu merupakan salah satu tagline yang sering muncul pada iklan layanan masyarakat dari Kementerian Energi Sumber Daya Mineral. Saat ini, kita dituntut untuk hemat dan cermat dalam penggunaan energi. Hal ini terkait dengan cadangan bahan bakar migas (BBM) dan batu bara. Diketahui bersama bahwa cadangan BBM di negeri tercinta ini semakin berkurang. Otomatis, hal ini mengisyaratkan upaya untuk mencari bahan bakar penggantinya.Bahan bakar pengganti yang sangat relevan untuk digunakan saat ini yaitu batu bara. Mutiara hitam ini cadangannya di Indonesia masih cukup besar. Pemanfaatannya pun dirasa belum optimal. Program Konversi minyak tanah ke gas di masyarakat, secara luas sudah berjalan. Namun, tampaknya pemanfaatan batu bara di dalam negeri untuk sektor industri belum terasa optimal. Saat ini, sebagian besar industri di tanah air masih menggunakan BBM sebagai bahan bakar. Padahal, bagi industri konversi batu bara ini merupakan cara yang paling murah.Murah? Ya, karena penghematan biaya bahan bakar de-ngan menggunakan pembakar siklon ini bisa mencapai 60 persen. Untuk memuluskan konversi dari BBM ke batu bara di dunia industri ini, telah dikembangkan alat pembakar batu bara jenis pembakar siklon.Melalui pembakar batu bara jenis siklon ini, batu bara berputar dalam silinder siklon yang terbakar pada suasana turbulensi yang tinggi pada suhu tinggi. Teknik yang dikembangkan adalah pembakaran tepung batu bara-0,5 mm baik yang mengandung abu yang meleleh maupun tidak, ataupun yang tidak me-ngandung abu atau berkadar abu rendah.Proses ini ditemukan penulis secara tidak sengaja pada 1994 pada percobaan pembakaran tepung batu bara -30 mesh dalam silinder siklon. Diperoleh proses pembakaran yang handal dan stabil antara 1.200-1.400 derajat Celsius untuk batu bara muda atau 1.600 derajat Celsius untuk batu bara bituminous. Teknik ini awalnya dikembangkan untuk industri kalsinasi kapur sampai pada 2003.Saat itu, batu bara hanya dapat bersaing dengan kayu bakar, belum dapat bersaing dengan bahan bakar minyak yang murah, karena subsidi pemerintah. Setelah subsidi berkurang, harga BBM naik secara drastis pada 2005 , sejak saat itulah batu bara mulai menjadi bahan bakar penting untuk industri.Industri yang bisa menggunakan pembakar siklon dalam produksinya yaitu boiler untuk industri tekstil, makanan, minuman, bahan kimia, produk pertanian, pemanas oli. Selanjutnya bisa digunakan pada pengering berputar untuk pupuk, mineral, pozolan; juga pada tanur putar untuk pembuatan karbon aktif dan AMP (Asphalt Mixing Plant). Selanjutnya pada otoklaf untuk penyulingan minyak atsiri, oven annealing, ketel galvanisasi, tungku peleburan logam dan timah, serta pembakar siklon mini untuk keperluan industri kecil dan mikro.Sosialisasi pembakar siklon sebenarnya sudah dilakukan, pada beberapa sektor industri di daerah Indonesia. Namun, tampaknya belum tersosialisasikan secara menyeluruh, sehingga diperlukan upaya sosialisasi yang terpadu dan terencana dengan baik. Hal ini pen-ting guna terciptanya pemanfaatan energi secara efektif dan efisien, sehingga sektor industri pun bisa bersaing.Ada beberapa tekologi pembakar siklon atau siklon burner yang ada. Namun, pembakar siklon yang dikembangkan oleh Pusat Pengembangan Teknologi Mineral dan Batu Bara memiliki keunggulan tersendiri. Keunggulannya yaitu teknik yang berbiaya rendah dan simpel, kemampuan operasional luas mulai dari suhu rendah kurang dari 100 derajat Celsius sampai suhu tinggi lebih dari 1400 derajat Celsius, mudah dioperasikan termasuk dengan peralatan otomatis oleh teknisi berkualifikasi tidak tinggi, kemampuan adaptasi yang luas di berbagai jenis fasilitas industri dan ini jarang dimiliki teknologi lainnya, serta sistem yang robust atau handal tidak mudah rusak.Diakui oleh tim peneliti dari Puslitbang Tekmira, hingga saat ini masih terus dilakukan upaya untuk meningkatkan daya saing. Penelitian dan pengembangan pun kerap dilakukan dengan moto inovasi tiada henti dan berupaya membakar batu bara seperti layaknya BBM. Dengan demikian, diupayakan menghasilkan pembakar siklon yang dapat membakar batu bara seperti membakar BBM yaitu bersih, praktis , dan otomatis. Selain itu, perlu upaya dan strategi untuk lebih mengenalkan dan memasarkan pembakar siklon dari Puspitek Tekmira agar keberadaannya dikenal dan diakui oleh masyarakat industri, yang berkaitan baik di dalam maupun di luar negeri. Jadi, hasil riset tak hanya berhenti sampai penemuan saja. Akan tetapi, hasilnya bisa dimanfaatkan dan dirasakan langsung oleh masyarakat luas.

Bagikan Ini!