Menteri ESDM Kembali Tegaskan Blok Mahakam Dikelola Pertamina

Senin, 13 April 2015 - Dibaca 1386 kali

JAKARTA - Menteri ESDM, Sudirman Said hari ini menekankan kembali bahwa pengelolaan blok mahakam akan diambil alih oleh PT. Pertamina dan pada saat ini sedang dibicarakan perihal masa transisi. Hal ini diungkapkan oleh menteri ESDM pada acara Seminar Nasional Kompasiana dengan topik Penyelamatan Sumber Daya Alam Migas di Indonesia, di hotel Santika mewakili Wakil Presiden yang berhalangan hadir pada acara tersebut.

"Blok mahakam sudah jelas arah pemerintah, sudah sesuai dengan aspirasi publik, dimana Pertamina akan menjadi operator sesuai dengan jadwal yang ditetapkan" ungkap Menteri ESDM. Penetapan Pertamina sebagai pemegang blok Mahakam di masa yang akan datang merupakan upaya untuk membangun iklim investasi yang lebih pasti. Pemerintah memastikan bahwa tidak akan terjadi PHK terhadap pekerja blok mahakam, mengingat proses peralihan hanya terhadap pemegang saham.

Selanjutnya, Menteri ESDM menekankan bahwa rencana ini sebaiknya tidak di drive oleh swasta, karena tidak ingin pemerintah daerah memiliki saham resmi, sementara yang mendapatkan benefit adalah swast. Pemerintah ingin benefit maksimal dapat dinikmati oleh pemerintah daerah.

Menteri ESDM juga menjelaskan bahwa dalam pengelolaan sumber energi di Indonesia pada saat ini terdapat 4 (empat) paradoks, yang terdiri atas :

  1. Indonesia sudah melakukan impor minyak selama bertahun-tahun, namun masih memiliki perasaan bahwa kita kaya akan sumber daya migas. Hingga saat ini masih banyak opinion leader yang berpendapat bahwa kita masih kaya akan migas.
  2. Kita melakukan pemborosan dalam penggunaan BBM impor, dimana kita tidak memiliki kesadaran untuk mengelola energi dengan hemat. Selama puluhan tahun, ratusan triliun rupiah telah dihabiskan untuk subsidi, sementara subsidi itu tidak tepat sasaran dalam penggunaannya.
  3. Indonesia memiliki banyak sumber daya energi terbarukan, namun tidak serius dalam pengembangannya dan hanya membatasi pada sumber energi fosil dengan cadangan yang semakin terbatas.
  4. Indonesia tidak pernah secara sungguh menyiapkan diri untuk mengelola energi yang bersifat sustainable.
Sebagai akibat dari 4 aspek tersebut, situasi energi kita pada saat ini cukup mencemaskan. Salah satu contoh yang dapat diambil adalah dari sektor kelistrikan, pada saat ini hanya 50% yang dalam status normal. Oleh karena itu pemerintah beserta seluruh komponen akan senantiasa bekerja untuk memperbaiki secara fundamental iklim investasi serta kebijakan untuk lebih memfokuskan pada hal yang bersifat jangka panjang.(ITC)

Bagikan Ini!