Menteri ESDM Purnomo : Kebijakan Energi Kita Sudah Benar

Kamis, 24 Mei 2007 - Dibaca 7289 kali

'Kebijakan Energi Nasional tahun 2005-2025 sudah berada dijalur yang benar,' ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro saat memberikan sambutan pada pembukaan Rapimnas PII dan HUT PII ke 55 di gedung Merdeka, Bandung, Kamis (24/5). Dalam KEN tersebut telah memuat berbagai kecenderungan mendasar tentang pengelolaan energi yang terjadi dan antisipasi ke depan.

Secara umum KEN berpihak pada golongan miskin, penciptaan tenaga kerja dan pertumbuhan ekonomi. 'Atau istilahnya KEN kita pro poor, pro job dan pro growth,' ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Keberpihakan itulah yang bertujuan mewujudkan ketahanan energi guna menciptakan kemandirian energi nasional.

Diungkapkan dalam KEN kebijakan energi nasional tidak lagi mendasarkan pada Supply Side Management (SSM) namun beralih ke Demand Side Management (DSM). Artinya kebijakan energi tidak lagi mengandalkan pada ketersediaan pasokan namun beralih ke permintaan kebutuhan energi. Konsekuensinya dukungan masyarakat melakukan konservasi, diversifikasi dan efisiensi pemanfaatan energi sangat dibutuhkan.

Langkah-langkah ini sudah mulai dilakukan. Misalnya untuk rumah tangga dilakukan pengalihan pemanfaatan minyak tanah ke elpiji dan gas kota. Pada sub sektor kelistrikan dilakukan progam pembangunan pembangkit berbahan bakar batubara. Sektor transportasi yang mengkonsumsi BBM paling besar juga mulai beralih ke BBG. Sedang sektor industri paling rasional untuk memanfaatkan BBG dan energi alternatif.


Disebutkan pertumbuhan energi dunia hingga tahun 2030 sebesar 1,7%. Sedang untuk kawasan Asia mencapai 2,8%. 'Minyak bumi masih memegang peran penting dalam energi dunia,' ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Namun demikian pemakaian energi alternatif termasuk energi baru dan terbarukan juga terus dikembangkan.

Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro mengungkapkan fenomena baru terjadinya kenaikan harga minyak mentah dunia belakangan ini. 'Berbeda dengan krisis minyak yang terjadi beberapakali sejak tahun 1970-an, kenaikan harga minyak belakangan ini ternyata tidak memiliki dampak ekonomi yang berarti,' ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro.

Ini terjadi karena diberbagai negara telah menerapkan kebijakan harga energi sesuai dengan nilai ekomominya. Sehingga kenaikan harga minyak mentah dunia bisa diredam dampak ekonominya. Selain itu juga dikarenakan banyak negara memilih melakukan konservasi, diversifikasi maupun efisiensi pemanfaatan energi nasionalnya.

Bagi Indonesia sendiri harga BBM merupakan persoalan yang sensitif dan sarat muatan politis. Oleh sebab itu pemerintah sangat hati-hati sekali dalam memutuskan kenaikan harga BBM. Terlebih lagi akibat kenaikan harga BBM pada bulan November 2005 mengakibat inflasi melonjak hingga 16 %. Akibatnya daya beli masyarakat juga melorot tajam.

Bagikan Ini!