Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro Buka Dialog Bisnis Pencairan Batubara

Selasa, 22 Mei 2007 - Dibaca 8112 kali

"Ini merupakan acara strategis guna mewujudkan target peran pencairan batubara sebesar 2% pada tahun 2025 dalam bauran energi (energy mix) nasional," ujar Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro. Target ini pada dasarnya merupakan pelaksanaan atau implementasi Instruksi Presiden (Inpres) nomor 2 tahun 2006 tentang Penyediaan dan Pemanfaatan Batubara yang Dicairkan sebagai Bahan Bakar Lain.

Hadir pada acara tersebut selain sejumlah pejabat eselon satu departemen ESDM antara lain dirjen Migas Luluk Sumiarso, Dirjen Minerbapabum Simon F Sembiring juga hadir wakil dari sejumlah Menteri Kabinet Indonesia Bersatu. Acara yang bertujuan menarik minat investor untuk mempercepat pembangunan pabrik pencairan batubara itu juga dihadiri kalangan pelaku bisnis dalam bidang batubara.

Menurut Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro potensi batubara muda atau brown coal di Indonesia jumlahnya cukup besar. Pemanfaatan batubara jenis ini untuk dicairkan menjadi bahan bakar sintetis diharapkan bisa mendukung program penganekaragaman energi di Indonesia. Terlebih lagi, upaya penelitian maupun pengkajian pencairan batubara juga sudah dilakukan dengan matang.

Menurut Kepala Badan Litbang Departemen ESDM Nenny Sri Utami teknologi Brown Coal Liquefaction (BCL) sudah lama dikembangkan. Bahkan di jepang dan Australia sudah berdiri pabriknya. Namun rencana pembangunan pabrik BCL berkapasitas 13.500 barel/hari di Indonesia tergolong pabrik yang memiliki kapasitas terbesar. "Jadi rencana pendirian pabrik BCL di Indonesia memiliki kapastias terbesar," ujarnya.

Sedang menurut Kepala Pusat Tekmira Bukin Daulay untuk membangun pabrik berkapasitas semi komersial itu dibutuhkan dana sekitar 1,3 miliar dolar AS. "Diharapkan pembangunan mulai bisa dilakukan pada tahun 2009 sehingga akan mulai berproduksi pada tahun 2013," ujar Bukin Daulay. Sedang untuk pabrik komersial akan memiliki kapasitas minimal 27.000 barel/hari.

Bagikan Ini!