Penerimaan Hulu Migas Melebihi Target

Rabu, 30 Desember 2009 - Dibaca 2429 kali

JAKARTA. Penerimaan negara dari kegiatan usaha hulu migas tahun 2008 berhasil melebihi target yang ditetapkan pemerintah. Tahun ini kontribusi sektor industri hulu migas mencapai US$ 19,7 miliar. Angka ini termasuk penerimaan dari pajak sebesar US$ 4,7 miliar."Pencapaian ini di atas target penerimaan yang ditetapkan pemerintah dalam APBNP 2009 sebesar US$ 18,8 miliar, atau sekitar 104 persen dari target," ujar Kepala Badan Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (BPMIGAS) R. Priyono saat jumpa pers "Kinerja Usaha Hulu Migas 2009 dan Outlook 2010" di kantor BPMIGAS, Jakarta, Rabu (30/12).Diakui bahwa penerimaan yang diterima pemerintah tersebut di bawah penerimaan tahun 2008 yang besarannya mencapai US$ 35,3 miliar. Namun penyebab utama penurunan di luar kendali BPMIGAS, yakni turunnya rata-rata Indonesian Crude Price (ICP). Tahun ini rata rata ICP hanya US$ 63 per barel, sedangkan tahun lalu rata-ratanya mencapai US$ 93 per barel. Padahal, dari segi produksi, pencapaian produksi migas mengalami kenaikan yang cukup signifikan dibanding tahun sebelumnya.Realisasi lifting minyak nasional hingga Desember 2009 diperkirakan mencapai 949.130 ribu barel per hari. Jumlah tersebut naik dibanding lifting minyak 2008 yang berkisar 925.960 barel per hari. Produksi gas bumi juga lebih tinggi dari target produksi, yaitu sebesar 7.960 juta kaki kubik per hari (target rata-rata sebesar 7.526 juta kaki kubik per hari). Dengan demikian, gabungan produksi minyak dan gas bumi tahun ini mencapai sekitar 2,374 juta setara barel minyak. "Realisasi produksi migas ini lebih tinggi dibandingkan realisasi produksi migas tahun lalu yang hanya sebesar 2,305 juta setara barel minyak,"ujar R. Priyono.Mengenai realisasi produksi, lebih lanjut Priyono menjelaskan, dari sisi produksi minyak, realisasi produksi adalah sebesar 948,58 ribu barel per hari, atau 98,91 persen dari target produksi sebesar 960 ribu barel per hari. Tidak tercapainya target produksi tahun 2009 disebabkan adanya penundaan proyek maupun unplanned shutdown, seperti gangguan cuaca, rusaknya fasilitas produksi, masalah kelistrikan, hingga pencurian."Potensi produksi minyak yang hilang dari dua kendala tersebut mencapai 45.775 barel perhari," imbuhnya.

Bagikan Ini!