Surabaya Gencarkan Energi Bersih

Senin, 2 Mei 2016 - Dibaca 2342 kali
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL
REPUBLIK INDONESIA

SIARAN PERS
NOMOR: 00046.Pers/04/SJI/2016
Tanggal: 2 Mei 2016


Surabaya Gencarkan Energi Bersih

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said, didampingi Walikota Surabaya Tri Rismaharini beserta jajaran direksi PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk atau PGN, hari ini, Senin (2/5), melakukan peresmian dan groundbreaking jaringan gas (jargas) rumah tangga Surabaya. Selain itu, Menteri Sudirman dan Walikota Risma juga meninjau Pembangkit Listrik Tenaga Sampah (PLTSa) Romokalisari Benowo, Surabaya.

Jargas rumah tangga
Komitmen pemerintah dalam menyediakan energi bersih semakin bulat. Salah satu bukti konkretnya adalah groundbreaking proyek pembangunan 24.000 sambungan gas rumah tangga untuk 14 kelurahan di Kota Surabaya. Pembangunannya bersumber dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) Tahun Anggaran 2016.

Sebelumnya, pada 2009, atas dana APBN pula, telah tersambung 2.900 jaringan gas di Kelurahan Kali Rungkut dan Rungkut Kidul. Pengoperasiannya diserahkankelolakan ke PGN.

"Kita berkejaran dengan waktu untuk mempercepat konversi bahan bakar minyak (BBM) ke gas bumi karena cadangan minyak kita semakin menipis, hanya mampu bertahan sekitar 13 tahun, sementara cadangan gas kita masih cukup banyak. Penggunaan gas jauh lebih menguntungkan, baik secara ekonomi, lingkungan, maupun bagi masyarakat," jelas Menteri Sudirman di acara bertajuk "Peresmian dan Groundbreaking Proyek Infrastruktur Energi Jaringan Gas Bumi Kota Surabaya" itu.

Senada dengan Menteri Sudirman, Walikota Risma menambahkan bahwa masyarakat Kota Surabaya merasakan manfaat Jargas,"Harga lebih murah, lebih bersih, dan pasokannya lebih terjamin, serta lebih aman dalam penggunaannya oleh masyarakat," jelas Risma saat mengunjungi Kampung Kue yang masyarakatnya sudah tersambung dengan Jargas.

Pada pada 29 Februari 2016, dalam Penandatanganan Kontrak Kegiatan Strategis Tahap III Tahun Anggaran 2016 Kementerian ESDM yang dihadiri Presiden Joko Widodo, pemerintah mendeklarasikan penugasan kepada PGN untuk mengerjakan proyek senilai kontrak Rp285,21 miliar tersebut. Sambungan pipanya sepanjang 167.506 meter.

Pemerintah juga memandati PGN untuk mengelola-operasikan total 43.000 sambungan Jargas rumah tangga yang dibangun di 10 kota lainnya, yakni di Bogor, (rumah susun) di Jabodetabek, Cirebon, Palembang, Depok, Tarakan, Bekasi, Blora, Semarang, dan Sorong.

Direktur Utama PGN, Hendi Prio Santoso, mengamini penegasan Menteri ESDM Itu. PGN bahkan memiliki program khusus, yakni "PGN Sayang Ibu". "Mulai 2016-2019, melalui program 'PGN Sayang Ibu', PGN akan membangun 110.000 jargas rumah tangga dengan dana sendiri atau tanpa APBN. Ini komitmen kami untuk memperluas pemanfaatan energi yang lebih efisien, ramah lingkungan, dan tanpa impor," ujar Hendi.

Sementara untuk di Surabaya sendiri, imbuh Hendi, pelanggan atau pemanfaat gas bumi dari PGN mencakup 14.955 rumah tangga, 192 pelanggan komersil (rumah sakit, restoran, hotel, mal), 142 usaha kecil menengah, serta 163 industri.

PLTSa Benowo

Pada hari yang sama Menteri Sudirman juga meninjau PLTSa Benowo bersama Walikota Risma. Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Romokalisari Benowo adalah cikal-bakal dari PLTSa Benowo yang sudah mulai dimanfaatkan oleh Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya sejak 2001.

"PLTSa Benowo bukan melulu entitas bisnis, tapi juga percontohan bagi kota-kota lain tentang bagaimana mengelola sampah. Tidak tercium bau, rapi dan menghasilkan listrik," ujar Menteri Sudirman.

PLTSa Benowo lantas dikerjasamakan pengelolaannya selama 20 tahun kepada PT Sumber Organik sejak 2012 hingga kini sesuai skema "bangun guna-serah" atau build operate transfer (BOT). Seluruh pengelolaan dan sarana-prasarana PLTSa Benowo akan diserahkan ke pemerintah setelah periode kontrak berakhir.

Mengenai status operasi PLTSa Benowo, Walikota Risma menyatakan, "PLTSa ini sudah siap dioperasikan, tinggal menunggu kontrak dari PLN saja."

Lingkup kerja sama antara Pemkot Surabaya dan PT Sumber Organik meliputi pengelolaan TPA, pengembangan dan perbaikan sarana-prasarana baik yang sudah ada ataupun pembangunan baru.

Menempati lahan seluas 37,4 hektar yang terletak di Surabaya Barat, pembangkit ini mampu menampung 539.343 ton sampah pada 2015. Karakteristik sampahnya adalah 65% sampah organik dan 35% sisanya anorganik. Kapasitas PLTSa Benowo dengan teknologi sanitary landfill adalah 2 MW, namun output listrik yang dapat diekspor hanya sebesar 1, 65 MW sesuai isi kontrak dengan PT PLN. Sementara 8,31 MW masih dalam proses power purchase agreement (PPA)

Selain itu, Pemkot Surabaya juga mendapatkan bantuan dari Pemkot Kitakyushu Jepang berupa fasilitas optimalisasi pengurangan sampah yang ditempatkan di TPS Terpadu Super Depo Suterejo.

Prakarsa mengenai pemanfaatan sampah untuk energi ini tidak lepas dari dukungan masyarakat setempat, Pemkot Surabaya, dan terutama strong leadership dari Ibu Walikota. Menurut Walikota Risma, pembangunan PLTSa ini sebuah kebanggaan tersendiri bagi Surabaya karena termasuk terobosan baru di Indonesia.

"Kita bangun ini tidak mudah, ada perjuanganya, karena erat kaitannya dengan perubahan paradigma, mindset orang," ungkap Walikota Risma.

Setidaknya ada empat isu yang diperjuangkan di sini. Menurut Walikota Risma, keempatnya adalah lahan, tata-kelola (agar tak bau, tidak berlendir, dan angkutan), pelelangan (yang prosesnya cukup lama hingga empat tahun plus banyak komplain), serta harmonisasi regulasi yang cukup bertele-tele sampai satu tahun.

"Belum lagi hasil lelang, kami sering dikomplain. Sampai-sampai saya dilaporkan ke KPK. Tapi, ya, saya jalani saja, karena saya tidak punya kepentingan di situ," cerita Walikota Risma. Untuk itu, Pemkot Surabaya lantas membentuk tim khusus yang diketuai oleh Prof Joni Hermana (pakar Teknik Lingkungan yang sekarang Rektor Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya). Tim terdiri dari berbagai kalangan, antara lain elemen perguruan tinggi, BPPT, dan lain-lain.

Menteri Sudirman menambahkan, hal utama yang perlu disadari saat ini terkait energi adalah keberanian untuk mengakui bahwa negeri kita berpotensi memasuki fase krisis energi apabila tidak melakukan perubahan perilaku dan kebijakan secara fundamental. Sudah saatnya aksi-aksi afirmatif, aksi yang berpihak pada revolusi energi yang tidak lagi menggantungkan pada energi fosil, ditempuh.

Dukungan pemerintah pusat juga dilakukan dengan cara menyederhanakan perijinan dan harmoniasi antar kementerian/lembaga. Selain itu, dukungan pemerintah pusat juga diwujudkan dalam bentuk tarif jual listrik yang menarik bagi investor.

"Semua ikhtiar untuk memenuhi kebutuhan dan kemandirian energi," pungkas Menteri Sudirman, "harus digencarkan di semua lini, di semua sektor, misalnya dengan melakukan konversi BBM ke gas bumi serta memuliakan sampah sebagai sumber energi. Di sinilah Surabaya menempati posisi pionirnya."

Kepala Pusat Komunikasi Publik



Sujatmiko

Siaran Pers ini, dapat dilihat juga di www.esdm.go.id.
Terkait Jargas, informasinya didukung oleh PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk.

Untuk keterangan lebih lanjut dapat menghubungi:
Kepala Pusat Komunikasi Publik Kementerian ESDM
Sujatmiko
+628128016414

Bagikan Ini!