Surono : Kematian Ikan Di Danau Batur Bukan Akibat Aktivitas Magmatik

Senin, 27 Juni 2011 - Dibaca 3651 kali

BANDUNG - Kepala Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVBMG), Badan geologi Kementerian ESDM, Surono menegaskan bahwa kematian ikan di Denau Batur tidak disebabkan oleh aktivitas magmatik G. Batur namun disebabkan oIeh kekeruhan akibat adanya arus konveksi yang mengganggu sistem kesetimbangan air danau. Masyarakat diminta tidak mengkonsumsi ikan yang mati di danau namun diperbolehkan untuk yang masih hidup."Secara seismik, kematian ikan di Danau Batur tidak disebabkan oIeh aktivitas magmatic G. Batur kerena tidak ada indikasi peningkatan kegempaan sebelum terjadi fenomena perubahan warna air danau meniadi putih kehijauan/ikan mati tersebut," ujar Surono dalam releasenya yang diterima esdm.go.id, Minggu (26/6/2011).Dijelaskan Surono, penyebab kematian ikan dan mekanismenya, berdasarkan data pengamatan visual. geokimia (pH dan suhu air), dan adanya pergantian musim di sekitar G. Batur saat ini, maka diduga kuat perubahan warna air danau karena adanya arus konveksi. Mekanismenya adalah, pada pergantian musim hujan ke musim kemarau terdapat perbedaan yang ekstrim antara suhu air di bagian permukaan dan suhu air di bagian dasar danau. Saat musim kemarau, air danau menyerap panas secara kuat pada siang hari dan pada malam hari permukaan danau menjadi lebih dingin. "Perbedaan suhu tersebut menyebabkan terjadinya arus konveksi yang membawa endapan lumpur dari dasar danau ke arah atas, Lumpur selanjutnya menyebar (terdispersi) menjadikan air danau keruh dan menghasikan wama putih kehijauan serta berbau lumpur. Kekeruhan yang terjaci mengganggu sistem kesetimbangan air danau sehingga menyebabkan ikan mati karena tidak dapat beradaptasi,"imbuhnya.Sebelumnya PVMBG meneriam laporan penduduk setempat, pada tanggal 19 Juni 2011 pagi hari terjadi fenomena perubahan warna air danau di area tepi danau yang berlokasi dl Desa Toya Bungkah, Desa Pura Jati, Desa Seked, dan Desa Bushan. Di Iokasi tersebut air danau tampak berwarna putih kehijauan dan berbau lumpur menyengat (seperti bau gas sulfur). Pada awalnya air danau yang berwama putih kehijauan hanya berupa spot-spot,namun kemudian wama air putih kehijauan tersebut tampak menyebar sehingga menyambung mulai dan Desa Toya Bungkah hingga ke Desa Buahan. Akibat perubahan warna air danau itu ditemukan ribuan ekor ikan menjaadi mati. Ikan yang mati umumnya adalah ikan mujair yang berada di dalam kerambah. Ikan yang mati paling banyak terdapat di Desa Toya Bungkah.Pada tanggal 20 Juni 2011, air tepi danau di Desa Toya Bungkah, Desa Pura Jati, dan Desa Buahan masih berwama putih kehijauan, sedangkan di Desa Seked sudah kembali normal. Sementara itu di tepi danau Desa Abang Batudinding tampak muncul warna air putih kehijauan. Di desa ini tidak ada ikan yang mati.Menurut informasi penduduk Desa Pura Jati (Made Yuni, usia 59 tahun), kejadian perubahan warna air danau berupa spot-spot putih kehijauan hampir terjadi setiap tahun namun hanya kecil dan tidak membuat ikan mati. Perubahan wama air danau tersebut terjadi pada saat pergantian musim (pancaroba), yaitu dan musim hujan ke musim kemarau, dan pada saat angin bartiup kencang dari selatan. Kejadian perubahan wama air danau dan matinya ikan Danau Batur pada tanggal 19 Juni 2011 terjadi kira-kira setelah dua minggu memasuki musim kemarau. Kejadian matinya ikan Danau Batur yang besar seperti saat ini juga pernah terjadi pada tahun 1995.Selanjutnya Kepala PVMBG meminta, selain tidak mengkonsumsi ikan yang mati di danau, masyarakat di sekitar Danau Batur diharap tetap tenang dan melakukan aktivitas seperti biasa. tidak terpancing isu - isu yang tidak jelas sumbernya tentang kematian ikan di Danu Batur dan jika terjadi kembali fenomena kematian ikan diminta melaporkan kepada pemerintah daerah setempat atau ke Pos Pengamatan Gunungapi Batur di Desa Penelokan, Kecamatan Kintamani. (SF)

Bagikan Ini!