Tahun 2013, Impor Premium Mencapai 63 Persen

Jumat, 7 Februari 2014 - Dibaca 1498 kali

BENGKULU - meningkatnya kebutuhan premium nasional ditengah menurunnya produksi nasional memaksa Pemerintah cq. PT Pertamina untuk mengimpor premium dan solar guna memenuhi kebutuhan nasional yang ada. Tidak kurang dari 63% kebutuhan premium dan 29% untuk solar nasional didapat dengan membuka kran impor tahun 2013 lalu.

Kepala Pusat Komunikasi Publik, Kementerian ESDM, Saleh Abdurrahman, dalam diskusi CEO Media Conference di Bengkulu, Jumat (7/2/2014) menyatakan, tahun 2013 yang lalu, impor premium mencapai 63% yang diperoleh sebagian besar dari Negara tetangga yaitu Singapore, begitupula dengan solar, meski tidak sebesar premium yaitu sekitar 29%.

Ketergantungan terhadap impor BBM ini lanjut Saleh, merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi ketahanan energi nasional karenanya harus dikurangi. Impor premium yang saat ini mencapai 53% diperkirakan akan terus meningkat seiring terus tumbuhnya kebutuhan dan pada tahun 2020 diperkirakan akan mencapai 72% untuk premium dan 35% untuk solar.

Program Konversi BBM ke LPG, subsitusi dengan biodiesel dan penggunaan bahan bakar non BBM untuk pembangkit merupakan salah kiat pemerintah untuk mengurangi impor BBM, seperti tercantun dalam Catur Dharma Energi.

Contoh konkret untuk mengurangi impor BBM adalah proyek monorel Pemerintah Provinsi DKI Jakarta yang saat ini sedang dilaksanakan. "Proyek MRT yang akan dilaksanakan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta merupakan salah satu program yang sangat mendukung pengurangan impor BBM karena sarana transportasi yang digunakan tidak menggunakan BBM," ujar Saleh. (SF)

Bagikan Ini!