Terjadinya Tsunami

Selasa, 15 Maret 2011 - Dibaca 10317 kali

JAKARTA. Gempa bumi berkekuatan 8,9 pada Skala Richter yang disusul Tsunami di pesisir timur laut Jepang, telah meluluhlantakkan sejumlah wilayah di Negeri Sakura.Sebelum terjadi tsunami diawali gempa guncangan kuat pukul 14.46 waktu setempat. Pusaran besar kemudian terlihat muncul di Laut Jepang yang menghadap Samudera Pasifik. Ini yang memastikan akan terjadi Tsunami. Sekitar 30 menit kemudian terjadi gempa susulan berkekuatan 7,4 SR. Gempa yang berpusat di 38.49 LU, 142.79 BT, dan kedalaman 44 Km tersebut menimbulkan gelombang tsunami yang menyapu kawasan pusat kota serta merusak infrastruktur yang ada termasuk Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Fukushima Daiichi.Tsunami adalah istilah dalam bahasa Jepang yang pada dasarnya menyatakan suatu gelombang laut yang terjadi akibat gempabumi tektonik di dasar laut, letusan gunungapi bawah laut, dan longsoran bawah laut. Satu hal lagi yang juga dapat menimbulkan tsunami adalah tumbukan meteor ke permukaan laut. Magnitudo Tsunami yang terjadi di Indonesia berkisar antara 1,5 - 4,5 skala Imamura, dengan tinggi gelombang Tsunami maksimum yang mencapai pantai berkisar antara 4 - 24 meter dan jangkauan gelombang ke daratan berkisar antara 50 sampai 200 meter dari garis pantai.Berdasarkan Katalog gempa (1629 - 2002), di Indonesia pernah terjadi Tsunami sebanyak 109 kali, yakni 1 kali akibat longsoran (landslide), 9 kali akibat gunung berapi dan 98 kali akibat gempabumi tektonik.Yang paling mungkin dapat menimbulkan tsunami adalah : gempa yang terjadi di dasaran laut, kedalaman pusat gempa kurang dari 60 km, magnitudo gempa lebih besar dari 6,0 skala Richter, serta jenis pensesaran gempa tergolong sesar naik atau sesar turun. Hal diatas yang memicu terjadinya tsunami di daerah Kepulauan Seram, Ambon, Kepulauan Banda dan Kepulauan Kai.Gempa yang menimbulkan tsunami sebagian besar berupa gempa yang mempunyai mekanisme fokus dengan komponen dip-slip, yang terbanyak adalah tipe thrust (Flores 1992) dan sebagian kecil tipe normal (Sumba 1977).Gempa dengan mekanisme fokus strike slip kecil sekali kemungkinan untuk menimbulkan tsunami.Tipe gempa bumi tektonik yang mengakibatkan tsunami dapat dianalisa berdasarkan data mekanisme fokal sebagai cerminan terjadinya deformasi di dasar laut secara vertikal berupa struktur patahan naik atau normal. Gempa bumi yang berkekuatan > 6 Ms, dan berfokus pada kedalaman dangkal yang terjadi di dasar laut yang cukup luas berasosiasi dengan deformasi lantai samudera. Bentuk deformasi tersebut dapat berupa struktur patahan dengan tipe patahan naik, mendatar maupun normal, serta dapat juga berupa terbanan atau patahan bongkah berukuran besar dan luas.Dari beberapa kejadian gempa bumi yang menimbulkan tsunami di Indonesia, umumnya berasosiasi dengan patahan naik, sedangkan patahan turun (normal) dan patahan mendatar sering sebagai struktur patahan yang mengalami pengaktifan kembali oleh adanya gempa utama yang merupakan cermin dari gempa-gempa susulan sebagai reaksi dari gaya untuk menuju kesetimbangan baru di dalam kerak bumi.Deformasi vertikal di dasar lautan berupa patahan atau terbanan yang berlangsung secara mendadak menyebabkan perubahan masa air. Gerakan vertikal pada kerak bumi, dapat mengakibatkan dasar laut naik atau turun secara tiba-tiba, yang mengakibatkan gangguan keseimbangan air yang berada di atasnya. Hal ini mengakibatkan terjadinya aliran energi air laut, yang ketika sampai di pantai menjadi gelombang besar yang mengakibatkan terjadinya tsunami.Kecepatan gelombang tsunami tergantung pada kedalaman laut di mana gelombang terjadi, dimana kecepatannya bisa mencapai ratusan kilometer per jam. Bila tsunami mencapai pantai, kecepatannya akan menjadi kurang lebih 50 km/jam dan energinya sangat merusak daerah pantai yang dilaluinya. Di tengah laut tinggi gelombang tsunami hanya beberapa cm hingga beberapa meter, namun saat mencapai pantai tinggi gelombangnya bisa mencapai puluhan meter karena terjadi penumpukan masa air. Saat mencapai pantai tsunami akan merayap masuk daratan jauh dari garis pantai dengan jangkauan mencapai beberapa ratus meter bahkan bisa beberapa kilometer.Sistem Peringatan Dini Tsunami di IndonesiaPemerintah Indonesia, dengan bantuan negara-negara donor, telah mengembangkan Sistem Peringatan Dini Tsunami Indonesia (Indonesian Tsunami Early Warning System - InaTEWS). Sistem ini berpusat pada Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika ([[BMKG]]) di Jakarta. Sistem ini memungkinkan BMKG mengirimkan peringatan tsunami jika terjadi gempa yang berpotensi mengakibatkan tsunami. Sistem yang ada sekarang ini sedang disempurnakan. Kedepannya, sistem ini akan dapat mengeluarkan 3 tingkat peringatan, sesuai dengan hasil perhitungan Sistem Pendukung Pengambilan Keputusan (Decision Support System - DSS).Pengembangan Sistem Peringatan Dini Tsunami ini melibatkan banyak pihak, baik instansi pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga internasional, lembaga non-pemerintah. Koordinator dari pihak Indonesia adalah Kementrian Negara Riset dan Teknologi (RISTEK). Sedangkan instansi yang ditunjuk dan bertanggung jawab untuk mengeluarkan INFO GEMPA dan PERINGATAN TSUNAMI adalah BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika). Sistem ini didesain untuk dapat mengeluarkan peringatan tsunami dalam waktu paling lama 5 menit setelah gempa terjadi.Sistem Peringatan Dini memiliki 4 komponen: Pengetahuan mengenai Bahaya dan Resiko, Peramalan, Peringatan, dan Reaksi.Observasi (monitoring gempa dan permukaan laut), Integrasi dan Diseminasi Informasi, Kesiapsiagaan. Sumber : dari berbagai media diolah esdm.go.id

Bagikan Ini!