Wamen Arcandra Jelaskan Skema Gross Split dan Tantang Pemahaman Mahasiswa

Sabtu, 18 Maret 2017 - Dibaca 3631 kali

JAKARTA - Wakil Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (Wamen ESDM) Arcandra Tahar (17/3) menjadi pembicara dalam seminar nasional Migas Goes To Campus di Universitas Trisakti Jakarta. Dihadiri lebih dari 200 mahasiswa dan Civitas Academica program studi teknik perminyakan, teknik geologi dan beberapa program studi lainnya, Wamen Arcandra menjelaskan kondisi industri minyak dan gas bumi (migas) Indonesia, latar belakang, tujuan, hingga manfaat skema gross split.

"Sebelum kita bicara tentang Gross Split, mari kita lihat data Reserve Replacement Ratio (RRR) serta data migas kita. RRR adalah perbandingan antara jumlah penemuan cadangan migas dengan jumlah migas yang diproduksikan. Berdasarkan data, kegiatan eksplorasi kita masih rendah. RRR Indonesia dengan skema PSC saat ini lebih rendah dari negara Vietnam dan Myanmar. Tahun 2011-2013 kegiatan eksplorasi untuk mencari cadangan migas menurun. Salah satunya karena diterbitkan Peraturan Pemerintah (PP) No. 79 tahun 2010," papar Wamen Arcandra diawal seminar. Penerbitan PP No. 79 tahun 2010 menurut Arcandra mengurangi insentif yang didapat pelaku usaha migas, sehingga saat ini Kementerian ESDM tengah menyelesaikan revisi dari beleid tersebut.

Dengan tujuan diantaranya mendorong eksplorasi dan eksploitasi yang lebih efektif serta mendorong pelaku usaha industri migas yang lebih efisien dalam menghadapi gejolak harga minyak, skema Gross Split dirancang bagi pengelolaan Wilayah Kerja dengan kontrak kerja baru dan pengalihan. "Saat ini Blok ONWJ sudah memakai skema Gross Split. Bagi blok migas baru dan pengalihan diwajibkan memakai Gross Split, sementara blok migas perpanjangan bisa memilih memakai Gross Split atau tetap dengan PSC Cost Recovery," ujar Arcandra.

Lebih lanjut Arcandra menjelaskan, tidak ada Negara yang bisa mengontrol harga minyak. Tapi sebaliknya cost atau biaya di industri migas dapat di kelola lebih baik. Oleh karenanya, dalam skema Gross Split pembagian hasil antara Negara dan pengusaha dilakukan di awal sehingga pengusaha dapat mengatur lebih baik cost yang dikeluarkan agar hasil akhir yang diterima lebih banyak.

"Dengan Gross Split, game nya adalah game teknologi. Dengan teknologi yang lebih baik K3S bisa mengatur biaya," tutur Wamen Arcandra. Tidak hanya itu, Skema Gross Split lebih menarik karena presentase split pengusaha bisa bertambah dengan perhitungan 10 komponen variabel dan 2 komponen progresif sebagai tambahan atas presentase base split yang telah ditentukan dimuka.

Setelah memberikan penjelasan, berbeda dengan kegiatan diskusi umumnya, Wamen Arcandra menantang pemahaman para peserta seminar atas materi Gross Split yang telah ia paparkan. "Gantian ya, saya yang bertanya. Yang muda dulu diberikan kesempatan menjawab," kata Arcandra dengan antusias.

Suasana Tanya-Jawab menjadi riuh. "Pertanyaan pertama, berapa base split di skema gross split untuk gas?" Tanya Arcandra. Beberapa mahasiswa, alumni dan dosen yang hadir mencoba menjawab namun tidak semuanya tepat. Seorang mahasiswi yang menjawab dengan benar ditujuk sebagai pemenang, "52% dan 48% Pak," jawabnya.

"Pertanyaan kedua ya. Tidak ada di materi presentasi. Coba, lapangan mana yang pertama kali menggunakan skema gross split?" Tanya Wamen Arcandra. Kali ini seorang peserta yang merupakan pekerja di salah satu perusahaan sektor migas dengan cepat menjawab, "Lapangan ONWJ Pak," ucapnya mantap.

"Pertanyaan terakhir. Ada juga di materi presentasi. Apa saja manfaat skema gross split?" lanjut Arcandra antusias. Kali ini seorang mahasiswa program studi geologi mencoba menjawab, "untuk efisiensi pak", tuturnya ragu. Wamen Arcandra kemudian melengkapi jawaban mahasiswa tersebut dengan menayangkan kembali materi presentasi manfaat skema gross split. Ketiga peserta yang berhasil menjawab pertanyaan Wamen Arcandra kemudian diberi hadiah dan berfoto bersama. (SA)

Bagikan Ini!