Workshop Geologi Teknik : Aspek Geologi Teknik Dalam Pembangunan Di DKI Jakarta

Rabu, 1 Desember 2010 - Dibaca 6317 kali
KEMENTERIAN ENERGI DAN SUMBER DAYA MINERAL REPUBLIK INDONESIASIARAN PERSNOMOR: 62/HUMAS KESDM/2010Tanggal: 01 Desember 2010WORKSHOP GEOLOGI TEKNIK :ASPEK GEOLOGI TEKNIK DALAM PEMBANGUNAN DI DKI JAKARTA
Kepala Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (KESDM) R. Sukhyar, hari Rabu (1/12) telah membuka secara resmi Workshop Geologi Teknik dengan tema Aspek Geologi Teknik Dalam Pembangunan di DKI Jakarta. Tujuan diselenggarakannya workshop geologi teknik adalah sebagai media untuk mengenali kondisi geologi teknik dan sekaligus menggalang niat kebersamaan dalam rangka menunjang pembangunan di DKI Jakarta yang berwawasan lingkungan dan berkelanjutan. Beberapa permasalahan telah terjadi dalam pembangunan di DKI Jakarta, di antaranya masalah keretakan bangunan, amblesan tanah, banjir, runtuhnya jalan dan sebagainya, permasalahan tersebut erat hubungannya dengan kondisi geologi teknik di DKI Jakarta. Daratan DKI Jakarta secara geologi dibangun tanah alluvium yang sangat bervariasi sifat keteknikannya baik pada sebaran ke arah vertikal maupun mendatar.Di bagian utara tersusun oleh aluvium pantai, pematang pantai, sungai, dan rawa sedangkan di bagian selatan umumnya tersusun oleh aluvium volkanik yang berasal dari kegiatan gunung api.Identifikasi morfologinya, garis pantai purba DKI Jakarta 5000 tahun yang lalu berada di sepanjang Jl. Daan Mogot - Grogol - Monas - Senen - Pulo Gadung, sehingga di beberapa tempat di sepanjang jalan tersebut dijumpai tanah endapan pematang pantai dan di belakangnya dijumpai tanah endapan rawa yang bersifat lunak.Tanah aluvium di DKI Jakarta bagian utara mempunyai umur baru 5000 tahun belum mengalami pemampatan yang maksimal, sehingga adanya pembangunan infrastruktur dan dipacu oleh pengambilan air tanah telah menyebabkan terjadinya amblesan tanah secara regional. Amblesan tanah telah mencapai kecepatan >5 cm/tahun bahkan di beberapa tempat mencapai >10 cm/tahun (di Rawa Buaya - Kapuk - Kamal). Dampak amblesan tanah menimbulkan semakin meluasnya banjir dari tahun ke tahun, tidak berfungsinya sistem drainase dan infrastruktur di DKI Jakarta. Di bagian selatan dari Jakarta yang tersusun oleh aluvium volkanik pada umumnya mempunyai sifat keteknikan tanah yang lebih baik di banding tanah aluvium yang ada di Jakarta bagian utara, sehingga pembangunan infrastruktur maupun konstruksi bangunan berat tidak mengalami kendala seperti yang ada di Jakarta bagian utara. Saat ini kebutuhan lahan dipermukaan mulai terasa sudah terbatas, sehingga pemanfaatan ruang bawah permukaan mulai dilakukan untuk menampung permasalahan yang tidak dapat terpecahkan di permukaan tanah sehingga muncul persoalan penataan ruang bawah tanah, dan isu dampak lingkungannya.Dengan mengetahui kondisi geologi teknik dimulai dari pemahaman proses pengendapan sedimen yang ada di DKI Jakarta serta mengetahui sifat keteknikannya maka beberapa kendala tersebut dapat ditanggulangi dengan baik.Workshop Geologi Teknik ini diikuti oleh instansi pemerintah, dinas Provinsi dan kabupaten/kota, perguruan tinggi organisasi profesi, LSM konsultan dan perusahaan terkait, Bappenas serta peneliti yang terkait dengan permasalahan geologi teknik.
Kepala Biro Hukum dan HumasSutisna Prawira

Bagikan Ini!