Laporan dari ETWG 1: Peran Negara Anggota G20 Sangat Strategis dalam Transisi Energi

Kamis, 24 Maret 2022 - Dibaca 523 kali

Energy Transitions Working Grup (ETWG) 1 dimulai Selasa (24/3/2022). Acara yang merupakan rangkaian acara presidensi G20 di Indonesia ini dihadiri 20 negara peserta dengan mengirimkan delegasi secara offline dan online untuk membahas masa depan energi dunia. Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral Arifin Tasrif dalam pembukaan ETWG menekankan pentingnya dukungan dari negara anggota G20 dalam proses transisi energi. Pasalnya 20 negara anggota G20 memberikan kontribusi terhadap kurang lebih 80% perekonomian dunia.

"Dalam ETWG ini menitikberatkan pada accessibility, teknologi, dan pendanaan, jadi bagaimana 20 negara anggota G20 yang memberikan kontribusi 80% perekonomian dunia ini bisa memberikan dukungannya,"ujar Arifin.

Arifin menjelaskan pembahasan acessibilty pada diskusi ETWG adalah bagaimana cara kita dapat memberikan akses kepada masyarakat untuk menikmati energi. Pembahasan lainnya adalah terkait pengembangan teknologi pendukung yang juga sangat dibutuhkan dalam memanfaatkan potensi Energi Baru Terbarukan (EBT) yang reliable dan kompetitif. Arifin menjelaskan, proses transisi energi membutuhkan pendanaan yang cukup besar. Untuk itu seluruh negara anggota G20 harus memberikan dukungannya.

Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Kementerian ESDM sekaligus Co-Chair ETWG Prahoro Yulijanto Nurtjahjo menyatakan, pelaksanaan ETWG kali ini dilaksanakan secara offline setelah 2 tahun sebelumnya dilaksanakan secara online. Delapan negara mengirimkan perwakilan secara fisik, yaitu Indonesia, Australia, Prancis, Jerman, Arab Saudi, Afrika Selatan, dan Amerika Serikat. Sedangkan 12 negara lain mengirimkan delegasi secara online. Prahoro juga menyampaikan bahwa pelaksanaan diskusi ini menjadi pintu masuk Indonesia untuk berkontribusi dalam transisi energi.

"Ini menjadi pintu masuk kita, terutama bagaimana kita bisa mensupport Net Zero Emission (NZE) dan perubahan iklim secara global," jelas Prahoro.

Direktur Jenderal Energi Baru Terbarukan dan Konservasi Energi Dadan Kusdiana dalam pernyataan pers menyampaikan bahwa posisi Indonesia ingin memanfaatkan forum G20 ini untuk memberikan manfat Indonesia sebesar-besarnya khususnya transisi menuju NZE.

"Tantangan kita ubah menjadi opportunity, kita tunjukan bahwa Indonesia siap dari sisi regulasi, tunjukan bahwa potensi besar di kita baik dari potensi sumber daya EBT maupun demand, dan kita siap memberikan sistem dan mekanisme investasi yang kondusif sehingga nanti kita bisa memastikan capaian target," ungkap Dadan.

Kerjasama Strategis Menuju Karbon Netral

Dalam kesempatan yang sama Direktur Utama PT. PLN (Persero) Darmawan Prasodjo menyampaikan bahwa Menteri ESDM telah memberi arahan untuk membangun visi yang jauh kedepan agar generasi masa mendatang bisa mendapatkan masa depan jauh lebih baik daripada generasi saat ini yaitu dengan mengurangi emisi GRK dari sektor ketenagalistrikan. Pihaknya telah mencanangkan beberapa program karbon netral sektor kelistrikan di tahun 2060.

"Perjuangan menghadapi tantangan perubahan iklim ini tidak bisa dijalankan sendirian, perlu suatu kolaborasi baik itu domestik maupun international. Rangkain G20 ini menjadi penanda bahwa dalam menghadapi tantangan global ini yang tadinya terfragmentasi menjadi unified," ujar Darmawan.

Hari pertama ETWG 1 ini, selain pembukaan dilakukan acara penandatangan Kerjasama Strategis Menuju Net Zero Emission 2060. Dalam acara ini dilakukan beberapa agenda diantaranya penandatanganan MoU Pembiayaan Pembangunan dan Pengembangan Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU), penandatangan Power Purchase Agreement (PPA) PLTS Bali Barat (25 MWp) dan PLTS Bali Timur (25 MWp), penandatanganan PPA PLTM Kukusan (5,4 MW). Selain itu juga dilakukan penandatangan Financial Close PLTM Sukarame (7 MW), penandatanganan Renewable Energy Certificate Partnership Agreement and Contract PT. PLN (Persero), dan penandatangan MoU Asistensi Teknis dalam Meningkatkan Kualitas Stamdar Lingkungan dan Sosial Proyek Infrastruktur EBT antara Yayasan WWF Indonesia dengan PT. PLN (Persero).

Sebagai informasi, diskusi ETWG akan berlangsung dalam tiga tahap, yang pertama dilakukan di Yogyakarta, dilanjutkan diselerenggarakan di Labuan Bajo pada bulan Juni 2022, dan yang ketiga akan dilakukan di Bali pada September 2022.

"Kita harapkan selesai dari program ini, sudah bisa dicapai kesepakatan bersama bagaimana kita mencapai NZE dan transisi mana yang kita jalani bersama, kerjasama apa yang kita harus lakukan," tutup Arifin. (U)