Proyeksi Sektor Kelistrikan dalam RUKN 2019-2038

Selasa, 20 Agustus 2019 - Dibaca 3800 kali

Dalam proyeksi sampai dua puluh tahun mendatang, pertumbuhan kebutuhan energi listrik rata-rata sekitar 6.9% per tahun. Kebutuhan tambahan kapasitas pembangkit juga diproyeksikan sekitar 8.5 GW per tahun. Hal ini tertuang dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) periode 2019-2038 yang telah disahkan melalui Kepmen ESDM Nomor 143 tanggal 1 Agustus 2019. Direktur Pembinaan Program Ketenagalistrikan Jisman Hutajulu menyampaikan hal tersebut saat membuka The Workshop of the 7th Edition of APEC Electricity Demand and Supply Outlook, Selasa (20/8/2019), di Jakarta. Pertumbuhan tersebut berasal dari asumsi dan target antara lain, rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional sekitar 6.0%; rata-rata inflasi sekitar 3.5%; rata-rata pertumbuhan penduduk sekitar 0.8%; target rasio elektrifikasi sekitar 99.9% di tahun 2019 dan 100% di tahun 2020.

"RUKN sifatnya indikatif, sementara RUPTL siap dieksekusi. Di RUKN kita coba mengakomodir rencana-rencana di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK,) kawasan industri, termasuk Perpres 55/2019 tentang kendaraan listrik. Kelihatannya demand ini bisa cepat, tergantung penetrasi ke masyarakat. Tergantung masyarakat bisa menerima atau tidak electric vehicle ini," ujar Jisman.


Jisman melanjutkan, sesuai Kebijakan Energi Nasional (KEN) tahun 2025, bauran Energi Baru Terbarukan (EBT) ditargetkan minimum 23%, gas sekitar 22%, batu bara sekitar 55%, dan BBM sekitar 0,4%. Selanjutnya pada tahun 2038, target bauran EBT minimum 28%, gas sekitar 25%, batubara sekitar 47%, dan BBM hanya sekitar 0,1%. Target-target tersebut telah diadopsi ke dalam RUKN dan akan direalisasikan melalui implementasi Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL).


"EBT yang akan kita bangun untuk 10 tahun ke depan sesuai dengan RUPTL sekitar 16.74 GW. Cukup besar. Tahun 2025, dalam rangka mencapai (bauran energi-red) 23%, EBT akan dibangun 14,2 GW. Jadi ini tantangan besar untuk kita semua supaya bisa tercapai itu. Dengan EBT 23%, nanti 2025 paling tidak kita sudah menuju ketahanan energi kita," Jisman menyampaikan.


Lebih lanjut, Jisman mengatakan bahwa perencanaan merupakan tools yang penting sebagai tolok ukur capaian di masa depan. Perencanaan dalam RUPTL, RUKN, dan KEN dijadikan peta jalan bagi sektor kelistrikan di Tanah Air. The Workshop of the 7th Edition of APEC Electricity Demand and Supply Outlook menghadirkan David Wogan dari Gigih Udi Atmo dari Asia Pacific Energy Research Centre sebagai narasumber. Keduanya memaparkan APEC Electricity Demand and Supply Outlook, baik skala Asia Pasifik, maupun skala Indonesia. Publikasi ini dapat menjadi referensi bagi pengambil kebijakan dan pemangku kepentingan di sektor ketenagalistrikan. (AMH)