Banjir Bandang Wonosobo Dampak Bencana Gerakan Tanah Gunung Pakuwojo

Selasa, 27 Desember 2011 - Dibaca 6077 kali

JAKARTA. Curah hujan yang deras menyebabkan banjir dan longsor di Dusun Ngesong, Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Jateng pada hari Minggu (18/12/2011) pukul 13.30 WIB. Lokasi bencana banjir bandang terjadi pada aliran Kali Ngesong, di Dusun Sidorejo, Kampung Kaliputih, Desa Tieng, Kecamatan Kejajar, Kabupaten Wonosobo, Provinsi Jawa Tengah sebagai dampak gerakan tanah di lereng timur Gunung Pakuwojo yang kemudian berkembang menjadi banjir bandang melalui aliran Kali Ngesong. Secara geografis lokasi bencana tersebut terletak pada koordinat 109? 56' 15" BT dan 07? 14' 8,9" LS.Laporan Badan Geologi Kementerian ESDM menyebutkan, bencana banjir bandang di Dusun Sidorejo ini telah mengakibatkan 9 orang meninggal dunia, 2 orang belum ditemukan, 7 orang luka berat dan 5 orang luka ringan. Banjir dan materialnya berupa ranting pohon, pasir, kerikil dan lumpur juga menghanyutkan 13 rumah dan mengakibatkan 14 rumah rusak berat. Sementara itu 40 rumah lainnya yang terletak di bantaran hilir aliran Kali Ngesong di wilayah Dusun Sidorejo terancam bencana banjir bandang susulan.Berdasarkan Peta Prakiraan Wilayah Potensi Terjadi Gerakan Tanah Provinsi Jawa Tengah bulan Desember 2011 yang dieluarkan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi, Badan Geologi, daerah bencana termasuk zona potensi terjadi gerakan tanah tinggi, artinya daerah ini mempunyai potensi tinggi untuk terjadi gerakan tanah jika curah hujan diatas normal, sedangkan gerakan tanah lama dapat aktif kembali.Di bagian lereng atas Gunung Pakuwojo dijumpai adanya 2 (dua) lokasi gerakan tanah yang berdekatan, jenis gerakan tanah adalah longsoran bahan rombakan sehingga material longsoran yang berupa lumpur, pasir dan kerikil bercampur dengan bongkah bongkah batuan breksi dan lava menutupi dasar dari cekungan hulu Kali Ngesong sehingga membentuk tanggul alam yang kemudian jebol dan berkembang menjadi banjir bandang yang melanda bagian pinggir wilayah Dusun Sidorejo dan merusak 3,5 ha lahan kebun kentang dan bawang. Mekanisme geologis terjadinya anjir bandang tersebut adalah sebagai berikut. Adanya material longsoran yang telah menutupi bagian hulu aliran Kali Ngesong menyebabkan penumpukan material longsoran pada hulu sungai. Setelah hujan selama beberapa jam maka terjadi akumulasi air, lumpur dan pasir yang bercampur dengan material longsoran menjadi semakin banyak dan membentuk tanggul alam di daerah hulu sungai. Pada tanggal 18 Desember 2011 terjadi curah hujan yang sangat tinggi, sehingga tanggul alam tidak kuat lagi menampung akumulasi air dan material longsoran, akibatnya menjebol tanggul alam yang berada di hulu Kali Ngesong. Aliran air yang bercampur material longsoran ini kemudian bergerak dengan cepat mengikuti aliran sungai kearah lembah yang kemudian berkembang menjadi banjir bandang. Pada perjalanannya, banjir tersebut menggerus tebing Kali Ngesong yang umumnya tanah pelapukannya bersifat lepas sehingga ikut terbawa oleh aliran air. Dengan banyaknya volume material longsoran di sepanjang alur Kali Ngesong maka melebihi daya tampung alur sungai, sehingga meluap dan melanda ke daerah hilir Kali Ngesong hingga meluas ke arah bantaran sungai yang melanda lahan kebun kentang yang ada di lereng tengah dan bawah hingga ke daerah pemukiman.Selain karena curah hujan yang tinggi selama 5 jam yang menyebabkan material longsoran meluncur ke bawah ke daerah cekungan di bagian hulu Kali Ngesong, kemiringan lereng sungai dibagian hulu yang sangat terjal menyebabkan kecepatan aliran air sungai menjadi tinggi dan melanda semua yang ada di dasar dan tepi sungai.Daerah di sekitar lereng barat Gunung Pakuwojo yaitu di sekitar hulu Kali Ngesong merupakan daerah rawan gerakan tanah karena kondisi di kawasan hulu sungai tersebut masih rawan terjadi longsoran baru, karena jika terjadi hujan lebat di bagian hulu maka akan mengakibatkan banjir bandang susulan, mengangkut sisa material longsoran yang masih berada di hulu sungai yang dapat mengancam permukiman dibawahnya.Berdasar hal tersebut Badan Geologi merekomendasikan upaya penanggulangan bencana gerakan tanah sebagai berikut:

  • 13 (tiga belas) rumah yang hanyut dan 14 rumah yang rusak berat sudah tidak layak huni dan harus direlokasi ke tempat yang aman.
  • Rumah rumah (terutama bagi ke 40 rumah lainnya) ditepi /sekitar bantaran aliran Kali Ngesong yang terancam, dalam jangka panjang agar juga dipindahkan (relokasi).
  • Sebelum dipindahkan bagi ke 40 rumah tersebut harap meningkatkan kewaspadaannya pada saat hujan deras.
  • Pada kaki lereng barat G. Pakuwaja terutama di kawasan hulu Kali Ngesong, supaya dilakukan penanaman pohon yang berakar kuat dan dalam.
  • Perlu diwaspadai terjadinya tanggul alam yang berada di kawasan hulu sungai, jika menjumpai terdapat adanya tanggul alam atau kantong air (genangan air) akibat longsoran segera dilakukan pembobolan.
  • Tidak mendirikan bangunan di bantaran, muka (mulut) alur Kali Ngesong agar terhindar kemungkinan terlanda banjir bandang susulan karena daerah tersebut sudah berbahaya.

Bagikan Ini!