Carbon Capture and Storage (1) : Sebuah Opsi Teknologi Mitigasi GRK

Kamis, 22 Oktober 2009 - Dibaca 5619 kali

JAKARTA. Saat ini perubahan iklim bukan hanya menjadi sebuah isu, tetapi telah berkembang menjadi suatu ancaman. Fenomena perubahan iklim ini terutama disebabkan karena terjadinya pemanasan global sebagai konsekuensi meningkatnya konsentrasi gas rumah kaca (GRK), terutama gas CO2 di atmosfer. Konsentrasi CO2 ini semakin tinggi sejalan dengan meningkatnya penggunaan energi di muka bumi. Jika kondisi ini dibiarkan, maka dalam kurun waktu 3 dekade mendatang ancaman tersebut dapat berubah menjadi bencana berantai yang dimulai dari melelehnya lapisan es Kutub Utara, pola iklim yang berubah secara ekstrem, serta menjadi penyebab berbagai bencana global dan katastropis.Untuk mengatasi permasalahan tersebut diperlukan upaya yang konsisten dan terintegrasi, baik dalam mengubah pola penggunaan energi, pemanfaatan sumber energi yang lebih bersih, atau menerapkan teknologi energi bersih sebagai upaya mengurangi laju emisi CO2 secara global. Kini, usaha-usaha untuk menurunkan emisi CO2 merupakan isu utama dari setiap pemerintahan dan industri di dunia. Negara-negara maju dan berkembang telah membuat kebijakan dan program-program penurunan emisi CO2 sebagai usaha mitigasi mengatasi pemanasan global. Implementasi dari adanya kebijakan dan program-program tersebut tentunya akan memberikan dampak secara langsung terhadap kegiatan industri energi dan proses pengambilan keputusan dalam investasi.Sebagai tuan rumah pertemuan United Nation Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) pada Desember 2007 di Bali, Indonesia dinilai berhasil menunjukkan kepemimpinannya dalam penanganan perubahan iklim dengan dihasilkannya Bali Action Plan dan Bali Roadmap yang menyerukan usaha-usaha mitigasi GRK untuk mencegah pemanasan global secara lebih serius. Keputusan bersama ini ditindaklanjuti dengan berbagai pertemuan khusus di luar UNFCCC seperti Gleneagles dan Major Economies Forum on Energy and Climate Change (MEF). Berbagai forum global ini secara aklamasi menerima argumentasi ilmiah yang menyatakan bahwa untuk mencegah bencana perubahan iklim kita harus bisa menjaga kenaikan temperatur rata-rata dunia tidak melebihi dari 2oC atau dapat mempertahankan konsentrasi CO2 sebanyak 450 ppm di atmosfer.Salah satu teknologi mitigasi untuk penurunan emisi CO2 dalam skala besar sambil tetap bisa meneruskan penggunaan bahan bakar fosil adalah melalui Carbon Capture and Storge (CCS). Sejak tahun 2006 UNFCCC telah merekomendasikan CCS sebagai salah satu opsi utama teknologi mitigasi penurunan emisi CO2 selain penggunaan energi baru terbarukan dan peningkatan efisiensi penggunaan energi. Dari berbagai perhitungan, diperkirakan penerapan CCS akan dapat berkontribusi hingga 20% dari semua upaya mitigasi global untuk menjaga stabilitas CO2 agar tidak melebihi konsentrasi 450 ppm di atmosfer pada tahun 2050 nanti.Secara nasional, emisi CO2 yang berasal dari penggunaan bahan bakar fosil di Indonesia saat ini diperkirakan mencapai 350 juta ton CO2. Dengan jumlah ini Indonesia masih dikategorikan sebagai negara low-emitter. Namun demikian, diperkirakan emisi CO2 dari sektor energi akan meningkat sampai 7 kali lipat di tahun 2030 dari level tahun 2005. Hal ini disebabkan karena kebutuhan energi semakin meningkat serta meningkatnya peran batuara dalam total penggunaan energi nasional.Selain sebagai salah satu opsi teknologi mitigasi GRK, CCS dapat pula diterapkan untuk keperluan peningkatan produksi migas melalui CO2-EOR (Enhanced Oil Recovery). CO2 CCS untuk keperluan industri dan penerapan CCS sebagai upaya mitigasi CO2 merupakan kombinasi yang dapat saling menunjang teutama untuk mengkompensasi biaya CCS yang masih mahal.

Bagikan Ini!