Kendala Kinerja PLN Berasal dari Kesulitan Pendanaan

Minggu, 29 November 2009 - Dibaca 4433 kali

JAKARTA. Tarif yang tidak mencerminkan biaya, kebutuhan investasi yang tidak terpenuhi dan tidak adanya economic returns yang memadai merupakan kendala PT PLN (Persero) untuk memenuhi kebutuhan listrik nasional. Sustainability PLN diperlukan untuk dapat melakukan pengembangan sektor kelistrikan dalam rangka mendukung pertumbuhan ekonomi."Besaran tarif saat ini tidak menutupi biaya operasi sehingga subsidi masih diperlukan untuk menutupi biaya produksi dan diperlukan tambahan Rp 210 / KWh untuk menarik investasi agar tercapai 10% pre-tax RoA", ujar Sekretaris PT PLN (Persero) Supriyanto pada acara Orientasi Jurnalis 2009 Forum Wartawan ESDM (FWESDM). Rabu (25/11)."Tarif yang berlaku saat ini rata-rata sebesar Rp. 656 /Kwh sedangkan biaya operasi tahun 2009 sebesar Rp. 1.122/Kwh maka harus ditutupi dengan subsidi", imbuhnya.Kemampuan dana PLN untuk melakukan investasi saat ini sebesar Rp. 12.272 triliun sedangkan kebutuhan investasi rata-rata per tahun Rp. 73.297 triliun untuk menutupi kekurangan tersebut pihak PLN melakukan pinjaman. Untuk mendapatkan pinjaman PLN harus memiliki laba atau marjin yang diberikan oleh pemerintah.Proses bisnis yang diharapkan PLN kedepan lanjut Supriyanto adalah PLN mendapat marjin untuk menjaga covenant sehingga memiliki kemampuan keuangan untuk melakukan investasi. "Jadi ada dua pilihan jika memang pemerintah masih mempunyai uang maka subsidi dapat terus dilanjutkan atau jika pemerintah tidak memiliki uang maka tarif harus disesuaikan", terang Supriyanto.Berdasarkan analisa PLN, subsidi tidak mempengaruhi peningkatan investasi, subsidi hanya mempengaruhi biaya operasi. Yang diperlukan PLN adalah marjin karena itu akan mempengaruhi pertumbuhan investasi. Pada tahun ini pemerintah telah memberikan marjin kepada PLN sehingga kondisi keuangan PLN menjadi lebih baik dan dapat melakukan investasi.

Bagikan Ini!