Lapangan Gas Peciko dan Pengembangannya

Selasa, 29 Maret 2011 - Dibaca 6564 kali

Sabtu (26/3) lalu, Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh meresmikan sejumlah proyek gas bertekanan rendah yang dioperasikan Total E & P Indonesie di Delta Mahakam. Proyek pengembangan lapangan gas itu meliputi Tunu tahap 11, 12, dan 13A, Peciko tahap 6 dan fasilitas akomodasi lapangan SPU (South Processing Unit) di Site Tunu.

Seperti Lapangan Tunu, Lapangan Peciko juga merupakan lapangan gas berukuran raksasa. Lapangan di Kecamatan Samboja, Kutai Kartanegara ini merupakan lokasi terminal minyak, gas dan kondensat. Site ini bernama BSP yang merupakan singkatan dari Bekapai, Senipah, dan Peciko. Jika dari Balikpapan, butuh dua jam perjalanan menggunakan bus untuk menuju ke fasilitas ini.

BSP mulai beroperasi pada 1976 untuk menangani peningkatan produksi di pertengahan 1970-an. Bekapai, Senipah, dan Peciko merupakan satu kesatuan di mana hasil minyak dan gas dari lapangan Bekapai dan Peciko akan dikirim terlebih dahulu ke Senipah, untuk kemudian diproses dan dikirim. Hasil gas akan disuplai ke kilang gas LNG Bontang, sementara minyaknya diekspor.

Lapangan Peciko berada dalam wilayah seluas 300 km persegi di lepas pantai dengan kedalaman air antara 30 hingga 50 meter, Peciko berbeda secara geologis dibandingkan lapangan-lapangan lainnya di Mahakam, sebab gas di dalamnya terperangkap secara structural dan stratigrafikal. Bagian reservoirnya terdiri dari pasir berbutir sangat halus hingga sedang, dalam kandungan siltston. Sedangkan reservoir utamanya terdapat pada kedalaman antara 2.100 dan 3.900 meter di bawah permukaan laut.

Peciko ditemukan pertama kali pada 1983, namun kelayakan komersialnya baru diketahui tahun 1991 saat sumur NW-1 mulai dibor. Di lapangan seluas 300 kilometer persegi ini, sudah sebanyak 114 sumur gas yang dibor dan masih aktif berproduksi hingga sekarang.

Saat ini terdapat 6 Manifold Wellhead Platform 12 slot (MWP A, B, C, dan SWP G, K, dan E), 4 pipa bawah laut 24 inci yang menghubungkan lapangan di lepas pantai dengan instalasi di darat. Sarana pemrosesannya berada di Senipah (Peciko Process Area/PPA) yang dihubungkan dengan jaringan pipa ekspor 42 inci sepanjang 82 km. Proyek raksasa ini mulai beroperasi pada Desember 1999. Di PPA ini terdapat sarana untuk Peciko tahap 6 yang diresmikan oleh Menteri ESDM. Di sampingnya terdapat kompresi Low Pressure dan Medium Pressure.

Kondensat Peciko dan PPA dicampur dengan kondensat Tunu diproses di Condensate Stabilization Unit (CSU) di Senipah, baru kemudian diekspor melalui SBM. CSU berfungsi sebagai pemroses dan sarana yang menstabilkan kondensat sebelum dipasarkan. CSU mulai dioperasikan sejak Juni 1996, dan memiliki kapasitas pemrosesan sebesar 40.000 bbl kondensat per hari. Kondensat berasal dari lapangan Peciko rata-rata 13,500 barel per hari, begitu juga dengan hasil pemisahan kondensat dengan minyak dari lapangan Bekapai.

Sejak beroperasinya lapangan Peciko, 2 train kompresi gas yang masing-masing berkapasitas 450 mmscfd telah ditambahkan. Angka komulatif produksi gas dari Peciko sampai 2009 telah mencapai 3,20 triliun kaki kubik (tscf). Dalam satu harinya satu sumur di Peciko bisa menghasilkan paling banyak 40 mmscfd, sedangkan yang paling kecil 10 mmscfd.

Pengembangan dilanjutkan dengan pemasangan kepala sumur (wellhead platform ke-7/SWP F) di lapangan Peciko pada 2006-2008. Para ahli pengembangan saat ini terlibat dalam proyek lanjutan untuk memastikan bahwa potensi lapangan tersebut masih dapat dioptimalkan. (KO)

Bagikan Ini!