Menteri ESDM: Energy Security Perlu Diperjuangkan Bersama

Kamis, 4 Februari 2010 - Dibaca 4117 kali

JAKARTA. Penandatangan perjanjian pemegang saham pembentukan Joint Venture Company FSRT (Floating Storage and Regasification Terminal) gas alam cair (LNG) Jawa Barat antara PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk, merupakan momentum yang menandai pentingnya energy security, khususnya kecukupan gas bagi sektor-sektor pengguna gas di Indonesia."Energy security perlu diperjuangkan bersama, dan acara hari ini merupakan permulaan komitmen kebangsaan kita untuk mengamankan energy security dan pada gilirannya untuk mengamankan food security," ujar Menteri ESDM Darwin Zahedy Saleh saat memberikan sambutannya pada acara tersebut di Kantor Kementerian BUMN Jakarta (4/2).Sementara itu, pada kesempatan yang sama Menteri BUMN Mustafa Abubakar menyampaikan, dalam rangka program menuju kemandirian energi, maka perlu dilakukan upaya pengamanan pasokan gas untuk keperluan domestik dengan cara melakukan integrasi jaringan pipa transmisi dan distribusi gas bumi nasional maupun pembangunan terminal penerimaan gas alam cair (LNG Receiving Terminal).Menurut Menteri BUMN, sebagai Badan Usaha Milik Negara, Pertamina dan PGN patut menjadi lokomotif pembangunan yang membantu pemerintah dalam mewujudkan hal-hal yang menjadi prioritas di bidang pemenuhan kebutuhan gas bumi bagi domestik dengan membangun LNG Receiving Terminal ini.Penandatanganan ini merupakan kelanjutan dan Ketentuan-Ketentuan Pokok Perjanjian yang ditandatangani Pada tanggal 17 April 2009 tentang pembentukan Perusahaan LNG Receiving Terminal antara Pertamina, PGN dan PLN. Ketentuan Pokok tersebut mencakup kerjasama pembangunan LNG Receiving Terminal dengan teknologi Floating Storage and Regasification Unit (FSRU) di daerah Jawa Bagian Barat. Pemanfaatan LNG tersebut nantinya akan ditujukan untuk memenuhi kebutuhan gas domestik khususnya bagi pembangkit listrik milik PLN. Pasokan gas untuk kebutuhan fasilitas tersebut nantinya berasal dari sumber gas di KalimantanTimur dengan total volume sebesar 11,75 juta ton selama 11 tahun.

Bagikan Ini!