Moratorium Kehutanan Tak Akan Hambat Investasi

Selasa, 6 Juli 2010 - Dibaca 2872 kali

JAKARTA. Pada akhir tahun 2010 Pemerintah berencana mengeluarkan Moratorium Kehutanan, yang merupakan bagian dari rencana aksi nasional dan secara keseluruhan untuk mengurangi emisi gas karbon. Namun, Menko Perekonomian Hatta Rajasa pada menegaskan bahwa moratorium konversi kawasan lahan gambut dan hutan alam tersebut tidak akan mengganggu investasi. Sektor-sektor publik dan infrastruktur yang membutuhkan lahan dalam skala kecil masih diperbolehkan, seperti infrastruktur dan bidang minyak dan gas.

Menurut Menko Hatta Rajasa, moratorium yang dikecualikan itu misalnya untuk bidang geothermal, minyak, dan gas, serta kepentingan publik yang tidak membutuhkan lahan yang besar seperti pembangkit listrik, waduk, dan lain-lain.

Untuk merealisasikan rencana aksi nasional tersebut, Pemerintah juga bekerja sama dengan negara maju seperti Norwegia dan berkomitmen untuk mengurangi emisi karbon hingga 26% pada 2020. Dalam moratorium itu, selama dua tahun, Pemerintah tidak akan menggunakan lahan gambut dan hutan alam primer namun tetap memperhatikan pengembangan sektor pangan seperti penggunaan lahan pertanian dan perkebunan terutama lahan-lahan terdegradasi.

Pemerintah Indonesia dan Norwegia sepakat melakukan kerjasama program pengurangan emisi perusakan dan penggundulan hutan (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation/ REDD) senilai satu miliar dolar AS. Kesepakatan berbentuk Letter of Intent (LoI) REDD+ (pengurangan emisi dari deforestasi dan degradasi hutan) tersebut ditandatangani oleh Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa dan Menteri Lingkungan Hidup dan Pembangunan Internasional Norwegia Erik Solheim di Government Guest House, Oslo (26/5).

Sebagai salah tindak lanjut kerjasama tersebut, pemerintah Indonesia berkomitmen untuk melakukan moratorium atau penghentian sementara penerbitan ijin pengusahaan hutan. Komitmen moratorium disampaikan Presiden Yudhoyono dalam konferensi pers bersama dengan Perdana Menteri Norwegia Jens Stoltenberg sehari sebelum dimulainya Konferensi Iklim dan Hutan Norwegia di Oslo. (KO/dari berbagai sumber)

Bagikan Ini!