Resiko Penambang Liar Dibalik Glamour Emas

Minggu, 26 Desember 2010 - Dibaca 6414 kali

Oleh : Ngurah Ardha, Peneliti Senior, Puslitbang Teknologi Mineral dan Batubara "tekMIRA" Bandung.Emas merupakan logam mulia yang selalu diburu karena harganya mahal, kaum hawa menjadi lebih percaya diri jika pada lehernya, telinganya, tangannya atau jarinya bahkan pada kakinya melingkar logam emas dalam bentuk kalung, anting, gelang atau cincin. Keindahan yang terpancar dari emas sebetulnya berbanding terbalik dengan resiko para penambang khususnya penambang liar yang menggunakan peralatan seadanya dan akibat dari kerusakan lingkungan. Ditinjau dari aspek lingkungan di lokasi penambangan liar bukit Sekotong terlihat tata ruangnya seperti diacak-acak, dimana-mana terlihat lubang bekas galian menganga yang kebanyakan setelah habis urat emasnya diambil, lubang tersebut ditinggalkan begitu saja. Hal ini sangat membahayakan orang yang lewat. Diatas bukit nampak dari kejauhan berderet tenda-tenda terpal berwarna-warni khas camp penambang liar. Hutan kelihatan gersang, jalan berdebu yang menambah suasana lebih panas dan pengap.Di lokasi pengolahan cara amalgamasi, mereka membuang lumpur sisa penggerusan yang berwarna merah kekuningan. Walaupun ada yang mengendapkannya terlebih dahulu untuk dijernihkan airnya dalam bak penampung, namun banyak juga yang membuang tanpa dijernihkan terlebih dahulu. Hal ini tentunya akan mengotori sungai atau pantai disekitarnya. Padahal lumpur yang dibuang tersebut mungkin masih mengandung emas sebagai akibat dari tidak optimalnya proses penggilingan menggunakan gelundung sederhana.Air raksa yang dipakai menangkap emas kemungkinan ada sebagian yang lepas ke lumpur sisa limbangan atau dulangan. Air raksa memang cenderung mengendap karena berat. Jika berbentuk ion Hg akan bereaksi dengan sulfur dari sulfida dan bisa mengendap sebagai HgS yang bersifat stabil, tetapi lama kelamaan air raksa tersebut mungkin akan bereaksi dengan organik dalam tanah membentuk methyl merkuri. Methyl merkuri merupakan senyawa kimia organik yang sangat beracun yang mungkin ada pada ikan, padi, air sumur yang berdekatan dengan limbah tersebut.Alat peleleh emas bullion nampak sangat sederhana tanpa penutup. Umumnya emas amalgam yang akan dibakar masih mengandung air raksa, disamping juga ditambahkan flux seperti karbonat, borak, nitrat, yang akan menciptakan uap (terutama uap air raksa dan nitrat). Uap tersebut sangat berbahaya jika terhirup terutama oleh pekerjanya. Oleh karena itu, perlu dibuat alat peleleh/pelebur yang tertutup dan bahkan bila perlu dibuat alat penyublimasi air raksa.Untuk menghindari kemungkinan hal-hal negatif yang kelak terjadi; misalnya konflik antara penambang liar dengan pemilik IUP dan/atau antar penambang liar serta pencemaran lingkungan; perlu dipikirkan beberapa hal diantaranya adalah pengaturan dengan parangkat yang mengatur win-win solution antara penambang liar dan pemilik IUP, karena bagaimanapun penambang liar adalah juga manusia yang mencari sesuap nasi. Pemegang IUP segera melakukan eksploitasi dengan menerapkan good mining practice dengan menyerap tenaga kerja yang berasal dari penambang-penambang liar. Hal lain yang mendesak segera diantisipasi adalah pengendalian merkuri dengan me-recover-nya seoptimal mungkin; atau dengan menerapkan teknologi alternatif pengolahan emas tanpa merkuri dan sianidasi.

Bagikan Ini!