Semburan Gas Di Tolitoli Diduga Berasal Dari Fluida Hidrotermal

Kamis, 7 April 2011 - Dibaca 3008 kali

JAKARTA. Pada tanggal 20 Pebruari 2011 terjadi semburan gas yang disertai airpanas dan lumpur di beberapa titik lokasi di Dusun IV Betengon, Desa Malala, Kecamatan Dondo, Kabupaten Tolitoli, Provinsi Sulawesi Tengah. Titik-titik lokasi semburan berada pada tepi dan tengah aliran Sungai Malala yang bermuara di Teluk Dondo. Badan Geologi, Kementerian ESDM memperkirakan semburan gas bercampur airpanas tersebut diduga berasal dari fluida hidrotermal di bawah permukaan yang muncul akibat terjadinya rekahan-rekahan di permukaan. Berdasarkan Permintaan dari Dinas perindustrian, Energi Dan Sumberdaya Mineral, Kabupaten Tolitoli, Tim Badan Geologi segera ke lokasi untuk melakukan penelitian. Hasil penelitan menunjukkan, Penyebab terjadinya semburan belum dapat diketahui dengan pasti. Meskipun demikian, aktivitas gempa bumi yang kerapkali terjadi di daerah ini dapat memicu terjadinya rekahan-rekahan di permukaan. Munculnya air panas dengan temperatur cukup tinggi (lebih dari 58,6oC) serta mengandung gas di lokasi semburan diduga berasal dari rembesan fluida hidrotermal di bawah permukaan yang muncul melalui rekahan-rekahan tersebut. Hal ini ditunjang oleh keberadaan batuan-batuan terobosan (intrusi) di daerah sekitar lokasi semburan dan pemunculan gas-gas yang didominasi oleh CO2 (lebih dari 64%) serta H2S, SO2, dan CH4 dalam jumlah lebih kecil yang komposisinya mencerminkan karakteristik gas yang berasal dari fluida hidrotermal.Tim berkesimpulan, Semburan gas yang disertai air panas dan lumpur berada pada 3 (tiga) titik lokasi tersebut tidak berbahaya bagi kehidupan dan akan berhenti jika volume fluida menurun. Pengukuran gas di udara (ambien) pada jarak kurang 1 meter dari sumber-sumber bualan, gas-gas tersebut sudah tidak terdeteksi..Temperatur tanah pada sumber-sumber bualan masih cukup tinggi (lebih dari 65oC) dan berbahaya sehingga perlu dibuat pagar pengaman disekitar sumber-sumber bualan. Temperatur tanah akan menurun seiring dengan berkurangnya volume fluida.Karena lokasi semburan gas berada cukup jauh dari pemukiman penduduk (jarak terdekat dari rumah penduduk sekitar 500 meter). Untuk itu masyarakat tidak perlu khawatir atau panik dan dapat melakukan kegiatan seperti biasa. (SF)

Bagikan Ini!