Wamen ESDM : BBM Naik, APBN Sehat

Selasa, 8 Januari 2013 - Dibaca 416 kali

JAKARTA - Tarif dasar listrik baru saja naik terhitung 01 Januari 2013. Namun saat ini pemerintah tengah bersiap mencanangkan kebijakan baru yakni kenaikan harga BBM. Hal ini tentu saja dalam rangka mestabilkan APBN yang semakin tidak terbendung.

"Apabila kita melihat kebutuhan energi nasional dalam hal ini BBM kita yang ekuivalen dengan 1,4 juta barel ekuivalen, baik itu produk maupun minyak mentah, harus ditutupi hanya dalam produksi dalam negeri, dimana produksi minyak mentahnya saat ini adalah 850 - 860 ribu dan apabila dikurangi dengan investasi dan bagian dari kontraktor, berarti bagian negara hanya 560 ribu," Ujar Wamen ESDM dalam acara Economic Challenges live di Metro TV Senin malam, (07/01/13).

"Artinya,sisa dari 1,4 juta dikurangi 560 ribu, kira-kira 800 ribu barel ekuivalen per hari harus diimpor. Inilah yang menyebabkan uang Indonesia harus menyediakan berupa dolar untuk pembayaran pembelian minyak dari luar tadi. Oleh karena itu suka-tidak suka ini merupakan beban berat bagi fiskal kita dan kita di Kementerian ESDM sudah men-exercise bahwa apabila sedikit demi sedikit kita kurangi subsidi kepada BBM ini akan jauh lebih menyehatkan APBN kita." tutur Wamen.

" Kita dari Kementerian ESDM sudah menghitung yang paling baik dari sisi ekonomi dan dari sisi daya beli masyarakat itu kira-kira cukup Rp. 1.500,- dulu sehingga menjadi Rp. 6.000,- dan itu pun pernah terjadi pada tahun 2008 dan ekonomi kita juga begitu sehat dan itu artinya contoh sudah ada, jadi saya kira kalau kembali ke angka Rp. 6.000,- dengan situasi ekonomi seperti ini saya kira akan aman, tetapi pemerintah juga meminta kepada DPR dengan baik, atau juga kepada departemen-departemen khususnya departemen keuangan untuk memberikan kepastian apakah ini bisa dinaikkan atau tidak," tambah Wamen.

Sementara itu, Pakar Migas, Soetadi Pudjo Utomo menambahkan, adanya subsidi pada dasarnya akan mengakibatkan distorsi ekonomi yang kemudian lebih banyak dinikmati kalangan menengah ke atas. Artinya jika kebijakan subsidi tersebut tetap dijalankan maka akan sama saja dengan memelihara 'orang miskin' di Indonesia. Semakin gencar dengan subsidi maka kemelaratan semakin tidak terhindarkan.

Subsidi energi dari tahun ke tahun terus meningkat. Data terakhir menyebutkan anggaran untuk subsidi pada tahun 2011 untuk BBM sebesar Rp. 165,2 Triliun, sedangkan untuk listrik sebesar Rp. 90,4 Triliun. Sementara pada tahun 2012 ini subsidi untuk BBM ini melonjak mencapai Rp. 216,8 Triliun dan untuk listrik sebesar Rp. 89,1 Triliun. Peningkatan yang secara signifikan ini yang kemudian dikhawatirkan akan terus melonjak di masa mendatang sehingga perlu diantisipasi oleh pemerintah. (ANS)


Bagikan Ini!