Laporan Kebencanaan Geologi Hari Ini, Rabu (2/8/2017) Hingga Pukul 06:00

Rabu, 2 Agustus 2017 - Dibaca 4706 kali

JAKARTA - Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral, Ego Syahrial dalam laporannya yang diterima esdm.go.id hari ini, Rabu (2/8) melaporkan kebencanaan geologi yang terjadi kemarin hingga hari ini. Dalam laporannya Ego Syahrial melaporkan kondisi Gunung Api (G. Sinabung, G. Dieng, G. Ibu, G. Dukono dan G. Sangeangapi). Selain perkembangan Gunung api, dilaporkan pula kejadian gerakan tanah, termasuk yang baru saja melanda di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat.

Dalam laporannya, Ego menyatakan, G. Sinabung, saat ini tingkat aktivitasnya berada di Level IV (AWAS). Secara visual G. Sinabung (2460 m dpl) sejak kemarin hingga pagi ini tampak jelas hingga berkabut. Saat gunung tampak jelas, teramati hembusan asap putih tebal mencapai ketinggian 500-1500 m di atas kawah puncak. Secara visual dan instrumental melalui rekaman seismograf teramati erupsi letusan sebanyak 3 kali, abu tebal tekanan kuat mencapai ketinggian 1500-2000 m di atas puncak, condong ditiup angin berkecepatan sedang-kuat ke arah Tenggara, Timur dan Timurlaut.

"Tidak terdengar suara gemuruh dari Pos Sinabung yang berjarak 8 km di Tenggara dari puncak. Erupsi disertai guguran lava meluncur sejauh 500-1600 m dan disertai awan panas guguran 3 kali meluncur ke lereng Selatan, Tenggara dan Timur,"ujar Ego.

Masyarakat sekitar G. Sinabung agar tidak melakukan aktivitas di dalam radius 3 km dari puncak, dan secara sektoral dari puncak dalam jarak 7 km ke selatan-tenggara, 6 km ke tenggara-timur dan 4 km timur-utara. "Mengingat telah terbentuk bendungan di hulu Sungai Laborus maka penduduk yang bermukim di hilir di sekitar daerah aliran sungai Laborus agar tetap menjaga kewaspadaan karena bendungan ini sewaktu waktu dapat jebol karena tidak kuat menahan volume air sehingga mengakibatkan lahar/banjir bandang ke hilir,"jelas Ego.

G. Dieng, tingkat aktivitas Level I (NORMAL). Kawah Sileri (1879 m dpl) merupakan salah satu kawah yang paling aktif diantara 20 kawah yang ada di dataran tinggi Gunungapi Dieng. "Kawah ini selalu digenangi air dan terletak di lembah serta diapit oleh beberapa puncak. Pasca erupsi freatik pukul 11:54:24 WIB Tanggal 02 Juni 2017 yang mencapai ketinggian 150 m dari permukaan kawah," tambah Ego.

G. Dieng sejak kemarin sampai pagi ini kawah tampak jelas melalui rekaman CCTV. Asap kawah putih tipis sampai tebal mengepul dengan tekanan sedang mencapai ketinggian 10-30 m di atas permukaan kawah. Angin bertiup berubah-ubah arah ke barat, baratdaya, selatan, timur, timurlaut, dan utara, lanjut Ego lagi.

"Masyarakat tidak melakukan aktivitas di Kawah Timbang karena adanya ancaman bahaya gas beracun CO2 dan H2S di atas ambang batas yang berbahaya bagi kehidupan. Bagi wisatawan yang mengunjungi kawasan wisata Kawah Sileri disarankan tidak terlalu mendekat dalam jarak 100 m dari tepi kawah untuk menghindari adanya peningkatan aktivitas vulkanik dan dampak letusan freatik berupa semburan uap dan lumpur panas yang mungkin terjadi setiap saat," ujar Ego.

G. Dukono, tingkat aktivitas Level II (WASPADA). Dukono (1229 m dpl) mengalami erupsi secara menerus. Dari kemarin sampai pagi ini secara visual gunungapi tampak jelas hingga berkabut. Kolom abu erupsi putih-kelabu tebal tekanan sedang mencapai ketinggian 500-600 m dari puncak, dominan condong ke arah Timur. Letusan terbesar terjadi sebanyak 251 kali.

"Tidak teramati adanya jatuhan abu di Pos Dukono. Terdengar suara gemuruh lemah di Pos Dukono yang berjarak 10 km ke Utara dari puncak. Amplitudo dominan tremor hembusan 1-26 mm (dominan 7 mm). Masyarakat di sekitar G. Dukono dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati Kawah Malupang Warirang di dalam radius 2 km,"ujar Ego.

G. Ibu, tingkat aktivitas Level II (WASPADA). Ibu (1340 m dpl) mengalami erupsi secara menerus. Selama Tanggal 31 Juli 2017 secara visual Ibu tampak cerah. Kolom abu erupsi putih kelabu, tekanan lemah sampai sedang mencapai ketinggian 200-600 m dari puncak, condong ke arah Selatan dan Timur. Kegempaan, telah terjadi letusan 87 kali, hembusan 41 kali dan gempa guguran 28 kali.

Selanjutnya Kepala Badan meminta kepada masyarakat di sekitar G. Ibu dan pengunjung/wisatawan agar tidak beraktivitas, mendaki, dan mendekati di dalam radius 2 km, dan perluasan sektoral berjarak 3,5 km ke arah bukaan di bagian utara dari kawah aktif G. Ibu

G. Sangeangapi, tingkat aktivitas Level II (WASPADA). Sangeangapi (1949 m dpl) mengalami erupsi minor pada tanggal 15 Juli 2017 pukul 11:54 WITA. Kolom abu erupsi berwarna kelabu, tekanan sedang mencapai ketinggian 400 m dari puncak, condong ke arah Barat.

"Sejak kemarin sampai pagi ini gunungapi tampak berkabut. Secara visual tidak teramati asap dari kawah. Kegempaan dalam 24 jam terakhir tidak terjadi gempa letusan nihil dan tremor harmonik 23 kali,"ujar Ego.

Gerakan Tanah
Prakiraan wilayah potensi tejadi gerakan tanah pada bulan Agustus 2017 relatif sama dibandingkan dengan potensi terjadinya gerakan tanah pada bulan Juli 2017, namun secara keseluruhan di Indonesia terjadi penurunan potensi gerakan tanah terutama di Wilayah Indonesia Bagian Barat seperti wilayah Sumatera, Jawa dan Kalimantan.

Seluruh Wilayah Indonesia dari Sumatera sampai Papua masih berpotensi terjadinya gerakan tanah, namun wilayah Indonesia Bagian timur meliputi wilayah Sulawesi, Maluku dan Papua potensi terjadinya gerakan tanah relatif lebih tinggi dibandingkan wilayah Sumatera, Kalimantan, Bali dan Nusatenggara . Kejadian gerakan tanah diperkirakan akan masih terus mengancam terutama di wilayah Jawa walaupun wilayah ini juga mengalami penurunan potensi gerakan tanah cukup drastis sepanjang bulan Januari - Juli 2017 mengingat pertumbuhan penduduk dan alih fungsi lahan yang cukup masif di wilayah ini dibanding wilayah lain di luar Jawa.

Gerakan Tanah terakhir terjadi di Kabupaten Pesisir Selatan, Provinsi Sumatera Barat. gerakan tanah diakibatkan oleh curah hujan tinggi yang turun sebelumnya, lereng jalur jalan terjal, kurangnya vegetasi di bagian atas tebing, penataan aliran air permukaan yang kurang baik , tanah lapukan yang mudah menyerap air, gerakan tanah lama aktif kembali. (SF)