Berbagi Ilmu Konservasi Energi Sistem Tata Cahaya Bersama Mahasiswa Universitas Andalas

Rabu, 16 Desember 2020 - Dibaca 759 kali

JAKARTA - Seiring dengan peningkatan upaya konservasi energi, Pemerintah terus mendorong semua pemangku kepentingan termasuk mahasiswa dan universitas untuk turut berkontribusi melakukan penghematan energi melalui perilaku sehari-hari dan penerapan teknologi lampu efisiensi tinggi.

Hal ini diungkapkan oleh Direktur Konservasi Energi, Hariyanto saat membuka gelaran Konservasi Energi Goes to Campus Universitas Andalas yang bertajuk Mengenal dan Memilih Teknologi Lampu LED pada Selasa (15/12) yang dilaksanakan secara virtual.

"Pada kesempatan hari ini kami mengadakan webinar dengan tujuan yang pertama sosialisasi penghematan energi pada lingkungan kampus utamanya kampus Andalas, kemudian mendorong para pengguna energi untuk memiliki kesadaran perilaku hemat energi. Berikutnya memberikan informasi mengenai teknologi lampu hemat energi dan produk lampu lokal, dan yang terakhir mendorong perubahan perilaku pengguna energi dari yang tidak terlalu peduli menjadi peduli akan penghematan energi dan mengimplementasikan penggunaan lampu hemat energi," tutur Hariyanto.

Lebih lanjut Hariyanto menjelaskan bahwa kegiatan webinar ini merupakan kerjasama Direktorat Jenderal EBTKE dengan United Nations Development Programme (UNDP) dan United Nations Environment Programme (UNEP) melalui program memajukan pasar lampu Indonesia ke teknologi efisiensi tinggi (Advancing Indonesia's Lighting Market to High Efficient Technologies-ADLIGHT). Sebelumnya, webinar serupa juga telah diselenggarakan bersama Universitas Multimedia Nusantara pada awal bulan Desember 2020.

"Kegiatan ADLIGHT ini diharapkan akan berjalan selama 3 tahun, jadi sampai tahun 2023. Kami ingin mengajak seluruh lapisan stakeholder baik itu dari industri, masyarakat pemakai lampu LED, asosiasi, manufaktur lokal, K/L dan masyarakat utamanya lingkungan kampus untuk memahami dan turut serta menyuarakan bahwa dengan menggunakan lampu yang hemat energi tentunya akan mendukung upaya efisiensi nasional," tandasnya.

Hariyanto juga mengungkapkan bahwa pihaknya telah melakukan beberapa studi kaitannya dengan penggunaan lampu LED ataupun segala macam lampu di Indonesia. Hasil studi menunjukkan adanya signifikansi penggunaan lampu baik di rumah tangga, perkantoran, ataupun beberapa sektor kehidupan yang lain dalam pemenuhan lingkungan kerja ataupun kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat. Oleh karenanya, penerapan lampu yang hemat energi ini menjadi salah satu fokus dalam program peningktan konservasi energi dan diharapkan menjadi salah satu sektor yang berkontribusi terhadap target penurunan emisi gas rumah kaca 17% di tahun 2025 sebagaimana diamanatkan dalam RUEN.

"Kami sangat berharap dengan diskusi pada hari ini, akan ada diskusi dua arah yang tentunya bisa memberikan masukan sekaligus transfer informasi pada masyarakat utamanya adik-adik mahasiswa. Bagaimana sejarah dari lampu LED dan seperti apa sebetulnya kalau kita menggukan LED dilihat dari sisi efisiensi penghematan energi," pungkasnya.

*Konservasi Energi Pada Sistem Tata Cahaya*

Berdasarkan survei end-use nasional oleh Collaborative Labeling and Appliance Standars Program (CLASP), konsumsi listrik rumah tangga murni pada tahun 2019 didominasi oleh penggunaan listrik penanak nasi, kulkas dan penerangan. Penggunaan ketiga peralatan listrik tersebut akan sangat mempengaruhi tingkat konsumsi listrik dan efisiensi energi secara nasional. Oleh karenanya, agar penggunaannya mendukung penghematan energi, perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikutnya, khususnya terkait penggunaan peralatan listrik untuk penerangan.

Pertama, fungsi pencahayaan. Apakah cahaya yang digunakan untuk kebutuhan menciptakan suasana tertentu, mendukung pelaksanaan pekerjaan, memberikan penerangan terhadap suatu benda atau hanya sebagai penambah keindahan ruangan.

Kedua, tingkat pencahayaan yang dibutuhkan. Tingkat pencahayaan (iluminasi) merupakan banyaknya arus cahaya yang datang pada satu unit bidang dan diukur dengan satuan Lux atau Lumen/m2, serta dipengaruhi oleh lumens dari sumber cahaya, jarak sumber cahaya dari permukaan, dan relatif gelap/terang dari ruangan yang mengelilingi bidang. Selain itu, tingkat pencahayaan juga berkaitan dengan kemampuan sumber cahaya memberikan warna atau memperlihatkan rona warna dan kesan yang ditimbulkan (temperatur warna). Terdapat 3 kelompok temperatur warna, yaitu kelompok 1 warna putih kekuningan (warm) dengan besaran cahaya kurang dari 3.300 Kelvin, kelompok 2 warna putih netral (warm-white) dengan besaran cahaya 3.300 Kelvin-5.300 Kelvin), dan kelompok 3 warna putih (cool-daylight) dengan besaran cahaya 5.300.

4404e51a30f7f4cff8e91f3cecad9ba5_p.jpg

Sumber: SNI 03-6197-2000

Ketiga, sumber cahaya yang digunakan. Apakah sumber cahaya alami dari sinar matahari atau sumber cahaya buatan dari teknologi lampu. Pemilihan lampu dipertimbangkan sesuai fungsi, tingkat efisiensi dan kombinasi yang tepat. Lampu yang memiliki tingkat efisiensi atau hemat energi mendapatkan label hemat energi yang diterbitkan oleh Direktorat Jenderal EBTKE.

Faktor keempat adalah konsumsi energi sumber cahaya. Dalam memilih penggunaan lampu sebagai sumber cahaya harus mempertimbangkan tingkat konsumsi listriknya. Terakhir, faktor operasional dan perawatan, yaitu berkaitan dengan waktu penggunaan, sensor, dan otomatisasi.(RWS)