Dirjen Rida Uraikan Tantangan Pengembangan Panas Bumi Kedepan
JAKARTA - Dirjen EBTKE, Rida Mulyana mengungkapkan adanya beberapa tantangan yang dihadapi PT Geo Dipa Energi dalam upaya pengembangan panas bumi yang dilakukan perusahaan tersebut. "Ada beberapa hal yang menjadi tantangan kita dalam pengembangan panas bumi, apa yang berkembang di lapangan kadang-kadang tidak sesuai dengan yang kita harapkan," tutur Rida dalam Diskusi Panel Awal Tahun 2019 yang diselenggarakan oleh PT Geo Dipa Energi dengan tajuk "Indonesia Geothermal Outlook 2019" pada Selasa (22/1).
Tantangan pertama yang diungkapkan Rida adalah berkembangnya isu sosial terkait pemanfaatan panas bumi, yang hingga saat ini masih menjadi PR (Pekerjaan Rumah) bersama. Dalam hal ini, semua pihak memiliki kewajiban yang sama untuk meningkatkan pemahaman kepada masyarakat dan pihak terkait agar tidak terjadi kesalahpahaman atas dampak kegiatan usaha panas bumi. Tidak saja berbicara mengenai keunggulan panas bumi dibandingkan sumber energi primer lainnya, tetapi juga pengusahaan panas bumi harus berjalan sesuai dengan rencana dan tetap pada koridor strategi pembangunan yang pro-environment serta terhindar dari potensi pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan panas bumi.
"Saya pikir energi sudah sangat dipahami, menjadi tulang punggung pertumbuhan peningkatan kesejahteraan masyarakat dan panas bumi termasuk salah satunya. Ini yang membuat Indonesia unik. Tantangannnya adalah bagaimana menempatkan sebesar-besarnya," lanjut Rida menguraikan tantangan kedua.
Tantangan berikutnya adalah terkait pendanaan. Target RUPTL telah disusun dan di dalamnya terdapat target panas bumi yang menurut Rida memerlukan kontribusi dari Geo Dipa. Sebagai catatan, target kapasitas terpasang panas bumi dalam RPTUL sampai dengan tahun 2028 kurang lebih 6 GW dan sekarang baru mencapai 2 GW. Ini berarti masih terdapat kekurangan 4 GW dalam waktu 10 tahun kedepan. "Kalau sekiranya Kemenkeu sebagai pemegang saham dari PT Geo Dipa Energi (Persero) ada niatan untuk menggelotorkan dana, kami dari KESDM siap untuk menugaskan Geo Dipa dengan beberapa WKP," ujar Rida.
Terakhir, sejalan dengan pesan Menteri ESDM, Rida menjelaskan tantangan pengembangan panas bumi adalah penyesuaian dengan perkembangan menuju revolusi industri 4.0, yang diantaranya Artificial Intelligent, perkembangan teknologi informasi, pengembangan dan pemanfaatan kendaraan listrik, dan energi terbarukan. "Menurut Pak Menteri, renewable energy akan mengemuka. Panas bumi menjadi salah satunya. Apalagi Indonesia unik dalam hal itu. Tidak semua negara memiliki kapasitas gunung api sebesar Indonesia. Tinggal dimanfaatkan. Apabila ada hal-hal yang menjadi kendala dapat kita diskusikan," imbuh Rida.
"Sebagai realisasi sampai tahun 2018 (capaian) dari sisi regulasi sudah hampir lengkap. Khususnya regulasi yang menyangkut pemanfaatan langsung dan tidak langsung dari panas bumi. Yang belum tinggal Peraturan Pemerintah (PP) pemanfaatan langsung dan beberapa yang menyangkut lingkungan dan keselamatan kerja," pungkasnya. (RWS)