Strategi Pengembangan Bioenergi Dukung Ketahanan Energi Nasional

Selasa, 15 Desember 2020 - Dibaca 561 kali

JAKARTA - Pengembangan bioenergi menjadi salah satu strategi percepatan pengembangan EBTKE yang gencar dilaksanakan Pemerintah guna menggenjot capaian bauran EBT, sesuai target Kebijakan Energi Nasional (KEN) 23% pada bauran energi nasional tahun 2025.

"Saat ini capaian EBT sebesar 11% dari target 23% dan didominasi oleh 3 komoditi yaitu PLTA, PLTP, dan Biofuel. Kedepannya kita akan dorong pembangkit lainnya. Gap capaian ke target yang besar ini adalah PR kita. Terlepas dari potensi khususnya untuk listrik, Indonesia memiliki banyak potensi biomassa yang potensial. Dan sekarang kami mencoba untuk mengembangkan bioenergi seperti biomasa, biogas dan biofuel," ungkap Direktur Bioenergi, Andriah Feby Misna dalam webinar yang diselenggarakan BPPT dan NEDO pada Senin (14/12) yang bertajuk "Indonesia's Future Outlook and Introduction of Technical Solutions".

Feby menjelaskan bahwa saat ini Pemerintah mendorong pelaksanaan Program Cofiring dalam perencanaan ketenagalistrikan untuk pembangkit listrik tenaga batubara. Selain itu, pemerintah juga tengah menginisiasi implementasi biogas untuk kebutuhan domestik masyarakat dan industri. Kedua program ini diharapkan dapat segera terimplementasi untuk akselerasi pengembangan EBT yang optimal.

Saat ini terdapat sekitar 114 unit kapasitas terpasang di 52 lokasi yang melaksanakan Cofiring dengan total kapasitas sebesar 18 MW. Pelaksanaan Program Cofiring dimulai tahun 2020 dan diharapkan dapat berlangsung hingga masa depan. Untuk mendukung pengembangannya, dilakukan studi teknis dan ekonomi dan hingga bulan November 2020, Cofiring telah dilaksanakan pada 23 pembangkit listrik batubara yang dimiliki oleh PT. PLN (Persero) dengan hasil memuaskan.

"Sekarang, kami sedang mengembangkan penyusunan Peraturan Presiden tentang harga listrik energi terbarukan, kami berharap dengan peraturan ini dapat menarik investor untuk berinvestasi energi terbarukan dan kemudian kita bisa meningkatkan kapasitas terpasang dengan rencana pengembangan bioenergi," imbuh Feby.

f0c905507bef6b23b2b45a1a052b2bfb_p.jpeg

Strategi lainnya yaitu implementasi program biogas yang berkelanjutan dengan program biogas yang sedang berjalan, dan mendorong pembangunan biogas untuk lokal juga pengembangan dari skala komersial. Selain itu, untuk memaksimalkan Bioenergi, Pemerintah juga mengupayakan percepatan pembangunan PLTSA di 12 kota serta pengembangan Biodiesel khususnya pemanfaatan bahan bakar cair untuk transportasi dan mendorong pembangunan kilang-kilang green fuel.

Feby tidak memungkiri bahwa upaya pengembangan bioenergi masih menemui beberapa tantangan. "Untuk tantangan feedstock, kita memiliki banyak stok makanan, tapi kita harus memastikan bahwa konflik potensial antara penggunaan bahan itu dapat diminimalkan. Dan juga jaminan dari keberlanjutan feedstock cofiring dan stabilitas harga dalam pengembangan energi terbarukan," tuturnya.

Selain tantangan ketersediaan feedstock, Feby mengatakan untuk pengembangan energi terbarukan termasuk bioenergi menemui kendala pada sektor pendanaan untuk proyek ini. "Kami berharap bahwa di masa depan, kita dapat meningkatkan dukungan untuk energi terbarukan khususnya untuk energi dan infrastruktur. Kita berharap di masa depan, dapat membangun infrastruktur yang baik untuk membantu distribusi," pungkas Feby. (RWS)