Upaya Gigih Pengembangan Panas Bumi, PLTP Muara Laboh Kini Beroperasi

Rabu, 19 Februari 2020 - Dibaca 907 kali

JAKARTA - Peningkatan kapasitas pembangkit listrik berbasis energi terbarukan terus digenjot Pemerintah dalam upaya mencapai target pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EBT) sebesar 23% pada tahun 2025 mendatang. Berbagai proyek kelistrikan berbasis EBT terus didorong, salah satu nya di sektor panas bumi, mengingat potensi panas bumi di Indonesia sebesar 25,4 GW (status tahun 2018) masih belum dikembangkan sepenuhnya. Tercatat hingga akhir tahun 2019, pemanfaatan panas bumi untuk pembangkit listrik baru mencapai 2,1 GW atau sebesar 8% dari total sumber daya.

Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Muara Laboh yang berlokasi di Kabupaten Solok Selatan Provinsi Sumatera Selatan, kini telah beroperasi dan siap memasok energi bersih ke jaringan listrik Sumatera milik PT. PLN (Persero). Listrik yang dihasilkan dari pembangkit berkapasitas 85 MW ini dapat didistribusikan ke 340.000 rumah tangga. Beroperasinya PLTP Muara Laboh Tahap -1 ini merupakan bukti komitmen dari Supreme Energy selaku pengembang dan mitra internasionalnya terhadap pengembangan energi panas bumi di Indonesia.

"Saya mengapresiasi PT. Supreme Energy Muara Laboh (SEML), khususnya kepada Pak Supramu Santosa, yang sebenarnya sudah dalam posisi nyaman, tapi masih mau bersusah payah untuk mau mengembangkan panas bumi bahkan sampai berdarah-darah sampai 12 tahun lamanya, bahkan telah melalui kepemimpinan enam Menteri. Ini merupakan upaya gigih dan panjang", ujar Direktur Jenderal EBTKE, F.X Sutijastoto dalam sambutannya pada Celebration Dinner for Commercial Operation of Muaralaboh Geothermal Plant di Hotel Four Season Jakarta semalam (18/2). Dirjen Toto pun mengungkapkan bahwa saat ia ditugaskan di Direktorat Jenderal EBTKE, ia berkomitmen untuk menuntaskan proyek pembangkit Muara Laboh, yang sudah melewati satu dasawarsa belum juga beroperasi.

9efce4ff0b025e1b4531a600a3ce5cef_p.jpeg

Founder & Chairman PT Supreme Energy, Supramu Santosa mengatakan bahwa PT Supreme Energy memulai studi pendahuluan dalam proyek pengembangan PLTP Muara Laboh pada tahun 2008. Proses itu berlanjut pada tahap penandatanganan Perjanjian Jual Beli Listrik (PJBL) atau Power Purchase Agreement (PPA) pada tahun 2012, dan dilanjutkan dengan kegiatan eksplorasi, hingga pada 16 Desember 2019 lalu telah beroperasi secara komersial (commercial operation of date/COD). Supramu mengungkapkan total investasi untuk pengembangan Tahap-1 ini mencapai US$ 580 juta dan rencananya akan dikembangkan hingga mencapai total kapasitas 150 MW.

Supreme Energy pun sudah memulai pengembangan Unit II dengan kapasitas 65 MW, dan diperkirakan membutuhkan investasi sekitar USD 400 juta. Saat ini prosesnya dalam tahap negosiasi PPA dengan PT. PLN. " Saya berharap PT SEML juga dapat terus berkomitmen mengembangkan PLTP Muara Labah Tahap berikutnya sesuai target yang telah ditetapkan", pungkas Toto. (DLP)