Gandeng Qatar Bangun FSRU di Sumbagut, LNG Diutamakan dari Dalam Negeri

Senin, 23 Oktober 2017 - Dibaca 1490 kali

Jakarta, Presiden Joko Widodo pekan lalu menerima kunjungan Emir Qatar, Syekh Tamim bin Hamad Al Thani. Pada kesempatan tersebut, Presiden Jokowi mengajak Qatar meningkatkan investasinya di Indonesia. Salah satu proyek investasi Qatar yang tengah berjalan yaitu kerja sama senilai US$ 1 miliar untuk membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU) Sumatera Bagian Utara (Sumbagut) 1,3 dan 4 serta Floating Storage & Regasification Unit (FSRU) di daerah tersebut. Pasokan LNG diutamakan berasal dari dalam negeri.

Kerja sama dengan Qatar senilai US$ 1 miliar tersebut, menurut Wakil Menteri ESDM Arcandra Tahar dalam konferensi pers di Kantor Staf Kepresidenan, Senin (23/10), digunakan untuk membangun PLTG Sumbagut senilai US$ 800 juta dan FSRU Sumbagut senilai US$ 200 juta.

FSRU Sumbagut saat ini masih dalam tahap desain. Sementara untuk besaran kapasitasnya, menurut Wamen, lebih kecil dari FSRU Jawa Barat. "Saya lupa berapa persisnya (kapasitas), tapi ini masih dalam tahap desain," katanya.

Sementara mengenai pasokan LNG untuk FSRU tersebut, tetap mengutamakan dari dalam negeri, meski tidak tertutup kemungkinan untuk dilakukan impor sesuai dengan aturan yang berlaku. "LNG (dari) dalam negeri tetap diutamakan, sesuai dengan Permen (ESDM). Kalau memang dibutuhkan dari luar negeri, diperbolehkan selama harganya masuk sebesar 14,5% ICP. Namun demikian, penandatanganan (kerja sama) hari Kamis malam (19/10), kalau tidak salah itu maksimum harga LNG-nya sebesar 14% ICP," jelas Arcandra.

LNG merupakan salah satu sumber energi Indonesia di masa depan. Meski FSRU secara teori tidak termasuk kompleks, namun menurut Wamen Arcandra dalam kunjungannya ke FSRU Jawa Barat pekan lalu, ide untuk mengubah LNG ke gas dan kemudian mengirimkannya ke tempat-tempat yang membutuhkannya merupakan hal yang bagus. Di Indonesia, baru ada 2 FSRU yaitu FSRU Jawa Barat dan Lampung. Di dunia sendiri, belum banyak negara yang memiliki fasilitas FSRU.

Menurut Wamen, berdasarkan perencanaan yang ada, Indonesia memerlukan beberapa FSRU. Mengingat pengguna terbesar LNG adalah PT PLN, maka pembangunan FSRU harus disesuaikan dengan rencana yang disusun PLN. "Kira-kira berapa kebutuhannya, sedang dibicarakan dengan PLN. Sebelum kita bicara berapanya lagi (FSRU), kita bicara dulu neraca gas diperbaiki biar lebih akurat," tambahnya. (TW/DK)