Pemerintah Sambut Baik Pertamina Mulai Beli Minyak KKKS di Blok Rokan

Rabu, 16 Januari 2019 - Dibaca 1802 kali

Dumai, Pemerintah menyambut baik kesepakatan jual beli minyak mentah bagian Kontraktor Kontrak Kerja Sama (KKKS) di Blok Rokan, Selasa (15/1), antara PT Pertamina (Persero) dengan PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI). Kerja sama ini diharapkan dikembangkan Pertamina dengan KKKS lainnya.

"Ini menjadi contoh besar, bahwa produksi dari blok Rokan sebagai penghasil minyak terbesar di Indonesia, bisa ditingkatkan pemanfaatan minyaknya untuk diolah di kilang dalam negeri. Ini membuat ketahanan energi kita semakin baik," kata Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto.

Selama ini, minyak mentah bagian KKKS seperti PT Chevron Pacific Indonesia (PT CPI) sebagian diekspor, sementara di sisi lain Pertamina masih harus mengimpor minyak mentah dan kondensat sekitar 342.000 barel per hari.

Sebagaimana diketahui, dengan terbitnya Permen ESDM Nomor 42 Tahun 2018, maka minyak mentah bagian KKKS diprioritaskan untuk dijual ke Pertamina dan diolah di kilang minyak dalam negeri. Minyak mentah jenis Sumatran Light Crude (SLC) dan Duri Crude (DC) yang dihasikan oleh Blok Rokan, sesuai dengan konfigurasi kilang Pertamina, sehingga dapat meningkatkan yield of valuable products di kilang Pertamina. Dalam tahap awal, untuk periode Januari hingga Juni 2019, estimasi volumenya diperkirakan mencapai 2,5 juta barel per bulan.

Lifting perdana diresmikan dengan simbolis penekanan tombol lifting di Pelabuhan Wharf 1 Area Operasi Rokan PT CPI oleh Deputi Keuangan dan Monetisasi SKK Migas Parulian Sihotang, VP Supply Export Operation PT Pertamina (Persero) Agus Witjaksono, Tenaga Ahli Menteri ESDM Sampe L. Purba dan Senior VP PGPA PT CPI Wahyu Budiarto.

Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Nicke Widyawati menjelaskan, Pertamina akan mengupayakan menyerap semaksimal mungkin minyak mentah bagian KKKS untuk memenuhi kebutuhan kilang dalam negeri sehingga dapat mengurangi impor minyak mentah.

Sejak terbitnya Permen ESDM Nomor 42 Tahun 2018 pada awal September 2018, lanjut Nicke, telah tercapai kesepakatan antara Pertamina dengan beberapa KKKS, salah satunya yang pertama dan terbesar adalah PT CPI. Kebijakan Pemerintah yang memprioritaskan penggunaan minyak mentah yang dihasilkan di dalam negeri untuk diolah di kilang dalam negeri sangat penting sebagai upaya untuk memenuhi ketahanan energi nasional. "Kami mengucapkan terima kasih kepada PT CPI atas tercapainya kesepakatan ini. Hubungan dan kerjasama B to B antar kedua belah pihak diharapkan semakin erat," ujar Nicke.

Dengan pembelian minyak mentah dari lapangan Blok Rokan ini, tambah Nicke, Pertamina akan memasok kebutuhan minyak mentah SLC dan DC yang akan diolah di kilang Pertamina selain Kasim - Sorong. "Kami mengacu pada arahan Pemerintah dan telah menyampaikan proposal menyatakan minat kepada seluruh KKKS untuk membeli jatah minyak mentah mereka. Pembelian dilakukan berdasarkan prinsip business to business,"ungkap Nicke.

"PT Chevron Pacific Indonesia menyambut baik kerjasama dengan Pertamina. Blok Rokan merupakan produsen minyak mentah terbesar di Indonesia dan kerangka kerja sama ini memberikan manfaat bagi semua pihak termasuk Pemerintah dan rakyat Indonesia. Dengan adanya kerja sama ini maka kami secara resmi menerapkan peraturan penjualan minyak mentah bagian kontraktor untuk kebutuhan domestik," disampaikan Albert Simanjuntak, Presiden Direktur PT Chevron Pacific Indonesia.

Sejak berlakunya Permen ESDM Nomor 42 Tahun 2018 Tentang Prioritas Pemanfaatan Minyak Bumi Untuk Pemenuhan Kebutuhan Dalam Negeri yang mulai berlaku pada 5 September 2018, selain dengan PT CPI, Pertamina juga telah melakukan kesepakatan dengan KKKS lainnya seperti: RH Petrogas Limited, PT SPR Langgak, PetroChina International Jabung Ltd, PT Bumi Siak Pusako, SAKA Pangkah Indonesia Ltd, PT Energi Mega Persada Tonga, Petronas Carigali Ketapang I Ltd, Husky CNOOC Madura Ltd dan PT Energi Mega Persada Tbk. Seluruh upaya ini dapat mengurangi import minyak mentah dan kondensat sekitar 115.000 barel per hari dan diharapkan dapat mengurangi pembelian impor menjadi 250.000 barel per hari. (TW)