Potensi Kerja sama Bisnis LNG antara Indonesia, US dan Jepang

Selasa, 5 Maret 2019 - Dibaca 5046 kali

Jakarta, Pemerintah terus berupaya meningkatkan ketahanan energi nasional dengan mendorong pemanfaatan gas di Indonesia. Salah satunya, selain dengan mendorong pembangunan fasilitas dan infrastruktur small scale LNG atau terminal mini gas alam cair (LNG) di berbagai wilayah, Pemerintah juga akan bekerja sama dengan Pemerintah Amerika Serikat dan Jepang dalam mengembangkan bisnis LNG di Indonesia.

"Gas telah mengambil peran penting dalam bauran energi Indonesia. Ditargetkan bahwa gas akan mengambil 22% bagian dalam bauran energi pada tahun 2025 dan 24% pada tahun 2050. Sejak 1977, Indonesia telah menjadi pemain penting dalam bisnis gas dunia dengan memegang 1,53% dari cadangan gas dunia. Indonesia masih berada di 5 besar eksportir LNG pada tahun 2017. Saat ini, kami mengubah penetrasi energi dari dominan minyak ke dominan gas," terang Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi KESDM, Djoko Siswanto, dalam paparannya di Indonesia - US - Japan LNG Workshop di Hotel Pullman Jakarta, hari ini (05/02).

Djoko menjelaskan, dalam mengelola cadangan gas, kami berusaha sebaik mungkin untuk menemukan lebih banyak sumber daya gas dan menemukan cara untuk mentransfer sumber daya menjadi cadangan terbukti. Di sisi penawaran, Pemerintah Indonesia sedang mengembangkan pasokan gas untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Di sisi ekonomi, kami berusaha memastikan bahwa aktivitas hulu gas masih menarik bagi investor.

"Ada banyak kemungkinan kerjasama dalam forum pertemuan tiga negara kali ini, di antaranya pengembangan teknologi dan perdagangan ekspor-impor LNG. Potensi pasar Indonesia untuk LNG masih terbuka lebar sehingga banyak peluang bisnis yang akan digarap jika berinvestasi di Indonesia," papar Kepala SKK Migas, Dwi Sucipto.

Wakil Duta Besar AS untuk Indonesia, Heather Variava, mengatakan acara LNG Workshop ini digelar dengan penekanan pada usaha memenuhi permintaan gas alam cair (LNG) Indonesia yang terus bertambah. Lebih dari 250 peserta dari sektor pemerintahan dan swasta berkumpul untuk mendiskusikan rencana pertumbuhan LNG Indonesia dan bagaimana perusahaan Jepang, Amerika Serikat, dan Indonesia berkontribusi melalui segi pembiayaan dan teknologi. Peserta dari Pemerintah Jepang dan Amerika Serikat juga menggambarkan upaya internasional guna mendukung ketahanan energi dan mempromosikan pasar energi yang terbuka, transparan, dan berdasarkan peraturan.

"Pemerintah AS siap memberikan bantuan apapun yang bisa diberikan untuk mendukung kolaborasi energi antara tiga negara untuk memajukan kawasan Indo-Pasifik yang bebas dan terbuka. Amerika Serikat, sebagai salah satu eksportir LNG dan penyedia teknologi terdepan, siap untuk bermitra dengan Indonesia dan Jepang untuk memenuhi permintaan energi yang meningkat," jelas Variava.

Hal senada juga disampaikan oleh Wakil Duta Besar Jepang untuk Indonesia Keiichi Ono. Ono mengatakan ini merupakan kali pertama membahas mengenai LNG.

"Jepang dan Indonesia telah banyak melakukan kerja sama untuk LNG. Indonesia merupakan produsen dan pasar yang besar. Jepang juga mengimpor LNG dari Indonesia," tambah Ono.

Djoko menambahkan bahwa selama ini produk LNG Indonesia diekspor ke negara seperti Jepang, Thailand, Amerika Serikat, Singapura, serta Malaysia. Selain di ekspor, produksi LNG juga digunakan untuk kebutuhan dalam negeri khususnya pembangkit PLN.

"Untuk tahun ini Indonesia hanya membutuhkan 60 kargo LNG untuk kelistrikan dalam negeri. Sedangkan, pasokan LNG Indonesia cukup berlimpah. Itu lebih dari cukup. Kalau dari perjalanan masih ada, kita juga siap suplai. Karena kita masih banyak LNG yang masih bisa kita jual, untuk ekspor. Sampai 2025, masih ada 40 kargo LNG Indonesia yang belum ada pembelinya atau uncomitted cargo hingga saat ini," jelas Djoko.

Saat ini, gas domestik digunakan untuk pembangkit listrik (12,78%), industri termasuk industri pupuk dan industri lainnya (36,19%), ekspor LNG (28,37%), ekspor gas pipa (11,33%), lifting minyak domestik (2,81%), dan lainnya penggunaan domestik (8,52%). Di masa depan, pasokan LNG untuk pembeli domestik akan meningkat seiring dengan pengoperasian pembangkit listrik PLN sebesar 35 GW.

Pemerintah berharap dengan adanya kerja sama ini industri minyak dan gas di Indonesia dapat terus berkembang, serta dapat menarik lebih banyak investor untuk berinvestasi dalam pengembangan infrastruktur gas di Indonesia. (NOK)